Siang ini kursi di ruang tamu menjadi properti bermain anak gadis yang masih memiliki ambisi memiliki istana sendiri. Seperti biasanya perlengkapan lain seperti selimut, bantal, boneka serta tas yang isinya bermacam hal tetap menghiasi istananya. Sebelum berkreasi, lagi-lagi emak akan mengingatkan konsekuensi yang harus dijalani ketika semua itu sudah berakhir.
"Kkak ngapain? tanya emak.
"Mau bikin rumah-rumahan" jawabnya
"Tapi nanti diberesin sendiri ya" ujarku padanya
Bukan bermaksud untuk menghalangi atau merusak impiannya namun aku hanya ingin dia nanti tetap bertanggung jawab atas apa yang dikerjakannya
Dengan berat dia menjawab," Iya, nanti Nanda beresin. Tapi bantu ya" rengeknya.
"Kan Nnada yang buat sendiri, kalo nanda bisa buat sendiri berarti bisa dong beresin sendiri" jawabku.
Dan setelah semua harus diakhiri, Nanda tetap merengek untuk dibantu karena menurutnya hingga semua permainan berakhir ada kontribusi adiknya dalam permainan tersebut. Karena kebetulan adiknya sedang tidak di tempat, emak sedikit membantu dengan maksud menyemangati proses ini sehingga semua bisa berjalan sebagaimanamestinya.
#HariKesepuluh
#TantanganKemandirian
#Level2
#Bunsay_IIPLuarJawa
Sabtu, 16 Desember 2017
Mmembereskan mainan (3)
Malam itu kakak Nanda memulai aksinya dengan menggelar beberapa selimut untuk dijadikan alas tidur di ruang tengah. Dia memiliki mimpi memiliki rumah kecil yang hanya terdiri dari satu ruang yang berisi lengkap. Hal ini diungkapnya dalam gambar yang dibuatnya di papan tulis di ruang tengah tadi.
"Mah, nanda boleh tidur disini" tanyanya meminta persetujuan.
"Emang ndak kedinginan?" tanyaku balik.
"Kan pake ini" jawabnya sambil menunjukkan beberapa lapis selimut yang digelarnya.
"Ndak papa asal besok semuanya dirapikan" jawabku menyetujui permintaannya dengan syarat.
Dan kakak pun menyetujui hal tersebut. Sayangnya, saat tengah malam Bapaknya memindahkan Nanda ke kamar. Mungkin ga tega melihat anaknya sendiri di ruang tengah.
Namun keesokan harinya emak tetap menagih janji membereskan bekas main semalam dan meskipun dengan sedikit protes dia akhirnya melaksanakan tugasnya. Alhamdulillah....
#HariKesembilan
#TantanganKemandirian
# Level2
#Bunsay_IIPLuarJawa
"Mah, nanda boleh tidur disini" tanyanya meminta persetujuan.
"Emang ndak kedinginan?" tanyaku balik.
"Kan pake ini" jawabnya sambil menunjukkan beberapa lapis selimut yang digelarnya.
"Ndak papa asal besok semuanya dirapikan" jawabku menyetujui permintaannya dengan syarat.
Dan kakak pun menyetujui hal tersebut. Sayangnya, saat tengah malam Bapaknya memindahkan Nanda ke kamar. Mungkin ga tega melihat anaknya sendiri di ruang tengah.
Namun keesokan harinya emak tetap menagih janji membereskan bekas main semalam dan meskipun dengan sedikit protes dia akhirnya melaksanakan tugasnya. Alhamdulillah....
#HariKesembilan
#TantanganKemandirian
# Level2
#Bunsay_IIPLuarJawa
Membereskan mainan (2)
Biasanya Nanda akan mulai bermain dengan segala macam kreasinya setelah pulang dari sekolah. Dia akan mengajak saudara-saudarnya bermain kemah-kemahan di berugak yang ada di kebun belakang rumah. Mulai dari bantal, selimut hingga pakaian dibawanya bersama adiknya ke lokasi tersebut. Biasanya bibi akan membantunya membereskan barang-barang itu ketika waktu bermain habis. Namun setelah ada deal dengan emak tentang membereskan mainan, dengan susah payah ia dan adiknya mengangkut kembali barang-barang yang sudah dibawanya tadi.
Dan Alhamdulillah program memberekan kali ini tidak ada protes karena saya memang tidak menuntut banyak.
#HariKedelapan
#TantanganKemandirian
#Level2
#Bunsay_IIPLuarJawa
Dan Alhamdulillah program memberekan kali ini tidak ada protes karena saya memang tidak menuntut banyak.
#HariKedelapan
#TantanganKemandirian
#Level2
#Bunsay_IIPLuarJawa
Membereskan bekas main (1)
Program kemandirian yang kedua yang coba saya terapkan untuk si sulung Nanda adalah membereskan bekas bermain. Selama ini setiaphabis bermain biasanya akan menjadi bagian bibi atau kami orang tua yang akan merapikan kembali barang-barang yang digunakannya bermain.
Dan proses ini diawali dengan kesepakatan yang kami buat.
"Kakak, sekarang kakak Na kan sudah bisa beresein kamarnya sendiri. Jadi sekarang tugas Nanda mama tambah ya", ujarku pada Nanda
"Apa ma?" tanyanya.
"Sekarang kakak kalo abis main, beresin bekas mainnya sendiri" jawabku.
"Ha?!...Aaaah......", responnya.
"Kan kakak udah besar, lagian kan udah bisa beresin kamarnya sendiri, jadi pasti bisa lah beresin mainannya sendiri juga", jelasku lagi.
"Iya dah, tapi bantuin ya" jawabnya kembali
Dan akhirnya kami deal dengan tanggung jawab keduanya.
#HariKetujuh
#TantanganKemandirian
#Level2
#Bunay_IIPLuarJawa
Dan proses ini diawali dengan kesepakatan yang kami buat.
"Kakak, sekarang kakak Na kan sudah bisa beresein kamarnya sendiri. Jadi sekarang tugas Nanda mama tambah ya", ujarku pada Nanda
"Apa ma?" tanyanya.
"Sekarang kakak kalo abis main, beresin bekas mainnya sendiri" jawabku.
"Ha?!...Aaaah......", responnya.
"Kan kakak udah besar, lagian kan udah bisa beresin kamarnya sendiri, jadi pasti bisa lah beresin mainannya sendiri juga", jelasku lagi.
"Iya dah, tapi bantuin ya" jawabnya kembali
Dan akhirnya kami deal dengan tanggung jawab keduanya.
#HariKetujuh
#TantanganKemandirian
#Level2
#Bunay_IIPLuarJawa
Rabu, 13 Desember 2017
Merapikan tempat tidur (6)
Alhamdulillah... hari ini berjalan sesuai harapan. Kakak Nanda Bangun ontime sehingga progres merapikan tempat tidur berjalan lancar. Dan semoga bisa terus seperti itu.
Berdasarkan pengalaman hampir 2 minggu dengan memupuk kemandirian akan satu hal pada anak sulungku, banyak hal-hal penting lainnya terkait dengan kemampuan untuk menjadi mandiri yang juga harus kupersiapkan untuknya.
So... program kedua setelah merapikan tempat tidur adalah merapikan bekas bermain. Walaupun sepertinya ini agak terlambat, tapi semoga menjadi manfaat bagi kami semua nantinya.
#HariKeenam
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunSayIIPLuarJawa
Berdasarkan pengalaman hampir 2 minggu dengan memupuk kemandirian akan satu hal pada anak sulungku, banyak hal-hal penting lainnya terkait dengan kemampuan untuk menjadi mandiri yang juga harus kupersiapkan untuknya.
So... program kedua setelah merapikan tempat tidur adalah merapikan bekas bermain. Walaupun sepertinya ini agak terlambat, tapi semoga menjadi manfaat bagi kami semua nantinya.
#HariKeenam
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunSayIIPLuarJawa
Selasa, 12 Desember 2017
Merapikan tempat tidur (5)
Hari ini aku bertanya pada kakak Nanda tentang alasannya tidak merapikan tempat tidur. Dan ia sedikit tertawa,
"Iya mah, tadi Nanda lupa", jawabnya sambil malu-malu.
Memang pagi tadi, lagi-lagi dia bangun terlambat. Disamping itu Bapaknya mengingatkan terus kalo sudah saatnya bersiap untuk berangkat bareng. Dan nampaknya iya panik. Bahkan untuk sholat saja dia hampir lupa.
Dan tidak cukupsatu dua minggu untuk membangun kemandirian.
#HariKelima
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunSayIIPLuarJawa
"Iya mah, tadi Nanda lupa", jawabnya sambil malu-malu.
Memang pagi tadi, lagi-lagi dia bangun terlambat. Disamping itu Bapaknya mengingatkan terus kalo sudah saatnya bersiap untuk berangkat bareng. Dan nampaknya iya panik. Bahkan untuk sholat saja dia hampir lupa.
Dan tidak cukupsatu dua minggu untuk membangun kemandirian.
#HariKelima
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunSayIIPLuarJawa
Minggu, 10 Desember 2017
Merapikan tempat tidur (4)
Kali ini nanda punya kebisaan baru yaitu mengirim pesan menggunakan hp,hihihii... tentu saja karena dia sekarang sudah bisa membaca dengan cukup lancar. Dan hari itu kebisaan barunya ini menjadi amunisi penyemangatnya untuk mau merapikan tempat tidurnya sendiri.
"Kak Na ayo bangun, udah jam 5" ucapku sambil mengusap-usap kepalanya agar ia segera bangun
Seperti biasa sambil membolak-balikkan badannya dia hanya sedikit bereaksi, hingga akhirnya bangun pas setengah 6.
"Ayo kak rapiin tempat tidurnya" seruku padanya.
"Nanda aja yang disuruh-suruh" keluhnya kesal.
"Kan nanda yang punya kamar" jawabku
Karena masih terlihat malas, maka akupun membujuknya dengan menggunakan gadget.
"Ayo kak, nanti kalo sudah rapi, difoto kamarnya. Trus kirim deh ke Bi Iwit. Nanti kita lihat apa katanya. Siapa tau di kasi hadiah" ujarku menyemangatinya.
" Wah bener ya ma" serunya semangat
Dan dalam waktu sekejap kamarnya menjadi rapi bahkan tampak sangat rapi.
Dan semoga ini bisa tetap berjalan mulus, meskipun bukan hal yang mudah untuk membiasakan sesuatu yang tidak biasa dilihatnya.
#HariKeempat
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunsayLuarJawa
"Kak Na ayo bangun, udah jam 5" ucapku sambil mengusap-usap kepalanya agar ia segera bangun
Seperti biasa sambil membolak-balikkan badannya dia hanya sedikit bereaksi, hingga akhirnya bangun pas setengah 6.
"Ayo kak rapiin tempat tidurnya" seruku padanya.
"Nanda aja yang disuruh-suruh" keluhnya kesal.
"Kan nanda yang punya kamar" jawabku
Karena masih terlihat malas, maka akupun membujuknya dengan menggunakan gadget.
"Ayo kak, nanti kalo sudah rapi, difoto kamarnya. Trus kirim deh ke Bi Iwit. Nanti kita lihat apa katanya. Siapa tau di kasi hadiah" ujarku menyemangatinya.
" Wah bener ya ma" serunya semangat
Dan dalam waktu sekejap kamarnya menjadi rapi bahkan tampak sangat rapi.
Dan semoga ini bisa tetap berjalan mulus, meskipun bukan hal yang mudah untuk membiasakan sesuatu yang tidak biasa dilihatnya.
#HariKeempat
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunsayLuarJawa
Kamis, 07 Desember 2017
Masih tentang merapikan tempat tidur (3)
Sepertinya mood booster untuk anak usia 7 tahun harus tersedia selalu. Seperti kali ini, saya tidak berhasil membujuknya untuk merapikan tempat tidurnya.
Layaknya hari-hari sebelumnya kakak mulai dibangunkan sejak pukul 5 pagi sampai dia akhirnya bangun 45 menit kemudian. Karena hari itu cukup hactic maka aku menburu-burunya untuk segera beranjak. Tapi dia malah protes, dan akhirnya misi kemandirian hari ini gagal.
Harus memikirkan sesuatu untuk amunisi esok hari
#Hariketiga
#Tantangan_kemandirian_10hari
#Level_2
#Bunsay_IIPLuarJawa
Layaknya hari-hari sebelumnya kakak mulai dibangunkan sejak pukul 5 pagi sampai dia akhirnya bangun 45 menit kemudian. Karena hari itu cukup hactic maka aku menburu-burunya untuk segera beranjak. Tapi dia malah protes, dan akhirnya misi kemandirian hari ini gagal.
Harus memikirkan sesuatu untuk amunisi esok hari
#Hariketiga
#Tantangan_kemandirian_10hari
#Level_2
#Bunsay_IIPLuarJawa
Masih tentang merapikan tempat tidur
Membiasakan suatu hal yang positif pada anak-anak memang membutuhan kesabaran dan ketelatenan tingkat tinggi. Disamping itu dibutuhkan pula mood booster yang tak terhingga jumlahnya.
Dan hari ini, program merapikan tempat tidur tidak terlaksana.
Seperti biasa kakak Nanda dibangun mulai jam 5 pagi dan akhirnya bisa bangun 45 menit kemudian. Nah berhubung waktu bangunnya yang lebih lambat dari biasanya maka emak mulai ga sabar nih membujuk rayu si anak hingga akhirnya...
"Ayo dong kak, rapikan tempat tidurnya" seru si emak yaitu saya sendiri
"Ndak mau!" balasnya tak mau kalah
Ya sudah kalau sudah begitu akan dibutuhkan perjuangan yang paaaanjang dan laaaama untuk mengembalikan mood baiknya. Jadi sementara case closed saja dulu, demi mengejar target-target lain yang juga sudah deadline, hihihi...
#TantanganHariKetiga
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunsayIIP_LuarJawa
Dan hari ini, program merapikan tempat tidur tidak terlaksana.
Seperti biasa kakak Nanda dibangun mulai jam 5 pagi dan akhirnya bisa bangun 45 menit kemudian. Nah berhubung waktu bangunnya yang lebih lambat dari biasanya maka emak mulai ga sabar nih membujuk rayu si anak hingga akhirnya...
"Ayo dong kak, rapikan tempat tidurnya" seru si emak yaitu saya sendiri
"Ndak mau!" balasnya tak mau kalah
Ya sudah kalau sudah begitu akan dibutuhkan perjuangan yang paaaanjang dan laaaama untuk mengembalikan mood baiknya. Jadi sementara case closed saja dulu, demi mengejar target-target lain yang juga sudah deadline, hihihi...
#TantanganHariKetiga
#TantanganKemandirian
#Level2
#BunsayIIP_LuarJawa
Selasa, 05 Desember 2017
Merapikan tempat tidur (2)
Seperti biasa, sejak adanya tantangan kemandirian, kakak Nanda punya jadwal bangun pagi yang lebih awal dari sebelum-sebelumnya. Pukul 5 pagi saya maupun papanya akan mulai membangunkannya. Dan itu bukanlah hal yang mudah. Biasanya dia akan bangun ketika sudah pukul 6 pagi.
"Kakak na sholeh, ayo bangun" seruku padanya
"Hhmhmm...." gumamnya sambil membalikkan badannya.
"Ayo bangun, subuh dulu, udah jam 5 lebih ini" ujarku kembali.
Dengan berat dia mencoba membuka matanya dan mencoba unutk bernegosiasi
"Ntar lagi ya ma" ucapnya sambil mencoba menutup kembali matanya.
"Ntar kakak terlambat ke sekolah" bujukku sekali lagi
Akhirnya dia mencoba bangun dan duduk diiatas pembaringannya
"Sebelum sholat nanti, rapiin tempat tidurnya ya" pintaku padanya
"Huu..uh, ndak mau" serunya.
"Ayolah, kasian kan bibi nanti capek kalo semua harus dikerjakan sendiri" ucapku mencoba membujuknya
"Huuuh.... Iya dah" ujarnya setuju meskipun masih dengan wajah ndak rela.
Membuat anak memahami tugas yang dibebankan paa dirinya memerlukan seni bujuk rayu yang stoknya tidak boleh habis. Dan kali ini Alhamdulillah berhasil.
#Harikedua
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
"Kakak na sholeh, ayo bangun" seruku padanya
"Hhmhmm...." gumamnya sambil membalikkan badannya.
"Ayo bangun, subuh dulu, udah jam 5 lebih ini" ujarku kembali.
Dengan berat dia mencoba membuka matanya dan mencoba unutk bernegosiasi
"Ntar lagi ya ma" ucapnya sambil mencoba menutup kembali matanya.
"Ntar kakak terlambat ke sekolah" bujukku sekali lagi
Akhirnya dia mencoba bangun dan duduk diiatas pembaringannya
"Sebelum sholat nanti, rapiin tempat tidurnya ya" pintaku padanya
"Huu..uh, ndak mau" serunya.
"Ayolah, kasian kan bibi nanti capek kalo semua harus dikerjakan sendiri" ucapku mencoba membujuknya
"Huuuh.... Iya dah" ujarnya setuju meskipun masih dengan wajah ndak rela.
Membuat anak memahami tugas yang dibebankan paa dirinya memerlukan seni bujuk rayu yang stoknya tidak boleh habis. Dan kali ini Alhamdulillah berhasil.
#Harikedua
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
Minggu, 03 Desember 2017
Merapikan tempat tidur
Kemandirian, sebuah kata dengan makna yang terkadang membuat diri takut namun dapat pula tertantang.aah Sebagai seseorang yang telah terdidik mandiri sejak kecil tentunya hal ini buknlah suatu hal yang sulit. Sayangnya menularkan sesuatu yang dimiliki menjadi tantangan tersendiri.
Kali ini bentuk kemandirian yang coba saya terapkan pada si sulung Nanda adalah merapikan tempat tidurnya ketika bangun tidur. Mungkin diusianya yang telah mencapai 7 tahun tergolong telat, namun terus terang ini juga menjdi tantangan bagi saya sebab sejak kecil bagian ini tidak temasuk dalam bentuk kemandirian yang ditawarkan oleh ortu saya.
"Kak, mulai besok kakak Na bangun tidur langsung rapiin tempat tidurnya nggih" pintaku padanya
"Huuu...kenapa saya ajak?! Fikar juga ya" protesnya menuntut kesamaan dengan adiknya yang baru berumur 5 tahun.
"Iya, adek fikar besok kalo sudah tidur sendiri juga mama suruh rapiin kamarnya sendiri" jelasku.
"Iya dah" jawabnya
Hari pertama dengan penuh semangat dia bangun pagi dan merapikan tempat tidurnya sendiri.
Alhamdulillah... semoga next day bisa seperti itu, seruku dalam hati.
#Tantangan_Bunsay_2
#Tantangan_kemandirian
#Tantangan_day1
#IIPLuarJawa
Kali ini bentuk kemandirian yang coba saya terapkan pada si sulung Nanda adalah merapikan tempat tidurnya ketika bangun tidur. Mungkin diusianya yang telah mencapai 7 tahun tergolong telat, namun terus terang ini juga menjdi tantangan bagi saya sebab sejak kecil bagian ini tidak temasuk dalam bentuk kemandirian yang ditawarkan oleh ortu saya.
"Kak, mulai besok kakak Na bangun tidur langsung rapiin tempat tidurnya nggih" pintaku padanya
"Huuu...kenapa saya ajak?! Fikar juga ya" protesnya menuntut kesamaan dengan adiknya yang baru berumur 5 tahun.
"Iya, adek fikar besok kalo sudah tidur sendiri juga mama suruh rapiin kamarnya sendiri" jelasku.
"Iya dah" jawabnya
Hari pertama dengan penuh semangat dia bangun pagi dan merapikan tempat tidurnya sendiri.
Alhamdulillah... semoga next day bisa seperti itu, seruku dalam hati.
#Tantangan_Bunsay_2
#Tantangan_kemandirian
#Tantangan_day1
#IIPLuarJawa
Selasa, 21 November 2017
Sebuah Pembelajaran tentang Komunikasi Produktif
Belajar menerapkan teori komunikasi produktif pada anak-anak bukanlah suatu hal yang mudah. Namun tentunya itu menjadi tantangan tersendiri bagi ibu yang nota bene memiliki keterbatasan waktu bagi putra-putrinya dikarenakan aktivitasnya di luar rumah.
Satu per satu tips dan trik dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak memberikan kesan yang menarik untuk ditindaklanjuti. Suatu ketika pesan dapat tersampaikan dengan 100% sukses. Namun terkadang pesan menjadi "miss" karena kesalahan waktu, tempat dan suasana. Menjadikan komunikasi produktif sebagai suatu sistem dalam rumah tangga sangatlah tergantung pada setiap individu didalamnya. Bagaimana seorang ibu dan bapak menyikapi tindakan yang baik pun juga keliru dari anak-anak menjai suatu hal yang penting untuk dikompromikan. Begitu pula halnya dengan interaksi orang tua dengan anak-anak, dimana biasanya orang tua selalu menginginkan kesempurnaan dalam setiap tahapan tumbuh kembang anak-anaknya, sementara anak-anak tetaplah seorang anak dengan segala kelebihan yang dimilikinya.
Dalam berkomunikasi dengan anak-anak, kekuatan dalam menguasai emosi menjadi suatu hal yang sangat menentukan ending dari tujuan utama sebuah komunikasi. Kemampuan mengendalikan emosi juga sangat dipengruhi oleh latar belakang "pembelajaran emosi" yang dimiliki si orang tua. Dan ini merupakan tantangan terbesar bagi saya.
Dan akhirnya semoga "belajar" komunikasi produktif ini dapat terus saya amalkan dalam kehidupan keseharian kami, dalam segala sehingga nantinya bisa menjadi manfaat bagi setiap bagian dari keluarga kecil kami. Harapannya kami mampu memberikan teladan bagi orang-orang di sekitar sehingga membawa manfaat bagi peradaban. Aamiin...
#Aliranrasa_tantangan10hari
#KomunikasiProdukti_Bunsay_IIPLuarJawa
Satu per satu tips dan trik dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak memberikan kesan yang menarik untuk ditindaklanjuti. Suatu ketika pesan dapat tersampaikan dengan 100% sukses. Namun terkadang pesan menjadi "miss" karena kesalahan waktu, tempat dan suasana. Menjadikan komunikasi produktif sebagai suatu sistem dalam rumah tangga sangatlah tergantung pada setiap individu didalamnya. Bagaimana seorang ibu dan bapak menyikapi tindakan yang baik pun juga keliru dari anak-anak menjai suatu hal yang penting untuk dikompromikan. Begitu pula halnya dengan interaksi orang tua dengan anak-anak, dimana biasanya orang tua selalu menginginkan kesempurnaan dalam setiap tahapan tumbuh kembang anak-anaknya, sementara anak-anak tetaplah seorang anak dengan segala kelebihan yang dimilikinya.
Dalam berkomunikasi dengan anak-anak, kekuatan dalam menguasai emosi menjadi suatu hal yang sangat menentukan ending dari tujuan utama sebuah komunikasi. Kemampuan mengendalikan emosi juga sangat dipengruhi oleh latar belakang "pembelajaran emosi" yang dimiliki si orang tua. Dan ini merupakan tantangan terbesar bagi saya.
Dan akhirnya semoga "belajar" komunikasi produktif ini dapat terus saya amalkan dalam kehidupan keseharian kami, dalam segala sehingga nantinya bisa menjadi manfaat bagi setiap bagian dari keluarga kecil kami. Harapannya kami mampu memberikan teladan bagi orang-orang di sekitar sehingga membawa manfaat bagi peradaban. Aamiin...
#Aliranrasa_tantangan10hari
#KomunikasiProdukti_Bunsay_IIPLuarJawa
Kamis, 16 November 2017
TIME OUT
Ada yang tidak biasa dengan wajahnya siang ini. Antara senang tapi sepertinya malu.
Siang ini aku menjemput Nanda on time. Ternyata dia belum keluar dari kelasnya. Dalam hati tentu muncul pertanyaan, "ada apa gerangan?"
Tak lama kemuadia wajad yang tak asing itu pun muncul, namun ekspresinya kali ini tampak berbeda dari biasanya. epertinya dia ingin meneriakkan sesuatu padaku namun sepperti ada malu disana.
Setelah kami mengambil posisi di atas motor, akupun menghidupkan kendaraanku. Aku tak sabar menunggu kabar apa gerangan yang membuatnya tampak lain hari ini.
"Kakak kenapa mukanya kayak tadi? tanyaku penasaran
"hmm...tadi Nanda kena time out" jawabnya sedikit malu-malu
Trus terang aku sendiri kurang paham istilah ini disini, dan ternyata artinya adalah sebuah punishment.
"Emang kakak ngapain?" tanyaku kembali
"Tadi kita main-main pas belajar, jadi kita disuruh membaca istigfar 50 kali" jelasnya kali ini
"Banyak yang main pas belajar?" ujarku penasaran.
"Banyak, 10 0rang" ucapnya menjelaskan
"Tadi sebenarnya saya ndak main-main, saya hanya pergi ke kelas sebelah, tapi tetep saya dihukum" protesnya melanjutkan penjelasannya.
" Ya besok jangan diulang lagi" nasehatku padanya
"Iya, kata bu guru besok kalo diulang lagi mau dihukum 100 kali baca istigfar dan kalo masih diulang lagi tambah jadi 150" jelasnya
Dalam hati, ga papa lah, kali ini hukuman yang diberikan lebih mendidik dimandingkan dengan dijemur di panas matahari.
#lastday_10thday
#tantangan_bunsay_IIPLuarJawa
Siang ini aku menjemput Nanda on time. Ternyata dia belum keluar dari kelasnya. Dalam hati tentu muncul pertanyaan, "ada apa gerangan?"
Tak lama kemuadia wajad yang tak asing itu pun muncul, namun ekspresinya kali ini tampak berbeda dari biasanya. epertinya dia ingin meneriakkan sesuatu padaku namun sepperti ada malu disana.
Setelah kami mengambil posisi di atas motor, akupun menghidupkan kendaraanku. Aku tak sabar menunggu kabar apa gerangan yang membuatnya tampak lain hari ini.
"Kakak kenapa mukanya kayak tadi? tanyaku penasaran
"hmm...tadi Nanda kena time out" jawabnya sedikit malu-malu
Trus terang aku sendiri kurang paham istilah ini disini, dan ternyata artinya adalah sebuah punishment.
"Emang kakak ngapain?" tanyaku kembali
"Tadi kita main-main pas belajar, jadi kita disuruh membaca istigfar 50 kali" jelasnya kali ini
"Banyak yang main pas belajar?" ujarku penasaran.
"Banyak, 10 0rang" ucapnya menjelaskan
"Tadi sebenarnya saya ndak main-main, saya hanya pergi ke kelas sebelah, tapi tetep saya dihukum" protesnya melanjutkan penjelasannya.
" Ya besok jangan diulang lagi" nasehatku padanya
"Iya, kata bu guru besok kalo diulang lagi mau dihukum 100 kali baca istigfar dan kalo masih diulang lagi tambah jadi 150" jelasnya
Dalam hati, ga papa lah, kali ini hukuman yang diberikan lebih mendidik dimandingkan dengan dijemur di panas matahari.
#lastday_10thday
#tantangan_bunsay_IIPLuarJawa
Rabu, 15 November 2017
Cerita tentang Dajjal
Malam kamis adalah jadwal murajaah hafalan kakak Nanda di rumah. Hanya saja malam ini sepertinya dia lebih tertarik mendengarkan cerita tentang dajjal.
"Kakak malam ini maunya hafalan apa cerita?" tanyaku padanya
"Cerita aja ma" jawabnya.
"Ok, malam ini kita cerita, berarti besok malam kita tukar dngan hafalan ya" jelasku padanya
"Iya" jawabnya bersemangat.
Cerita tentang dajjal akhir-akhir ini seperti menjadi momok dalam kehidupanku. Beberapa media telah banyak memberikan tentang masa datangnya makhluk yag satu ini.
Awalnya aku hanya berpesan pada anak-anak agar kita mempersiapkan diri menghadapi datanya dajjal ini, namun justru kak Nnada jadi penasaran dengan sosok makhluk yang sepertinya meyeremkan tersebut.
"Dajjal itu apa sih ma?" tanyanya padaku
Karena merasa Bapaknya lebih tahu dariku maka kuminta beliau yang menerangkan tentang hal tersebut.
Dalam cerita malam itu disebutkan bahwa hanya kota Mekkah dan Madinah yang tidak dapat dimasuki oleh makhluk ini. Tentu saja hal ini memberikan respon spontan Nanda
"Saya mau ke Mekkah mah, supaya ndak diganggu sama dajjal" ujarnya
"Mamah juga mau" sampaiku
"Nanada mau terlindung dari dajjal?" tanyaku lebih lanjut padanya
Dia pun merespon, "Bagaimana caranya?"
Kujelaskan beberapa amalan yang harus dia amalkan agar terhindar dari fitnah dajjal itu. Dan Alhamdulillah dia setuju unutk mengamalkannya.
#day9thfrom10th
#tantangan_bunsay_IIPLuarJawa
"Kakak malam ini maunya hafalan apa cerita?" tanyaku padanya
"Cerita aja ma" jawabnya.
"Ok, malam ini kita cerita, berarti besok malam kita tukar dngan hafalan ya" jelasku padanya
"Iya" jawabnya bersemangat.
Cerita tentang dajjal akhir-akhir ini seperti menjadi momok dalam kehidupanku. Beberapa media telah banyak memberikan tentang masa datangnya makhluk yag satu ini.
Awalnya aku hanya berpesan pada anak-anak agar kita mempersiapkan diri menghadapi datanya dajjal ini, namun justru kak Nnada jadi penasaran dengan sosok makhluk yang sepertinya meyeremkan tersebut.
"Dajjal itu apa sih ma?" tanyanya padaku
Karena merasa Bapaknya lebih tahu dariku maka kuminta beliau yang menerangkan tentang hal tersebut.
Dalam cerita malam itu disebutkan bahwa hanya kota Mekkah dan Madinah yang tidak dapat dimasuki oleh makhluk ini. Tentu saja hal ini memberikan respon spontan Nanda
"Saya mau ke Mekkah mah, supaya ndak diganggu sama dajjal" ujarnya
"Mamah juga mau" sampaiku
"Nanada mau terlindung dari dajjal?" tanyaku lebih lanjut padanya
Dia pun merespon, "Bagaimana caranya?"
Kujelaskan beberapa amalan yang harus dia amalkan agar terhindar dari fitnah dajjal itu. Dan Alhamdulillah dia setuju unutk mengamalkannya.
#day9thfrom10th
#tantangan_bunsay_IIPLuarJawa
Senin, 13 November 2017
Perlu Jeda
Terkadang meninggalkannya menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan sesuatu yang tak kunjung mencapai kesepakatan.
Hari ini, ananda sejak subuh sudah tampak tidak bersahabat. Mungkin karena kesan semalam sebelum ia tidur yang masih menyisakan kesal dihatinya. Entahlah...
Dan pagi ini pun dia menolak semua perintah yang kuberikan, mulai dari bangun tidur, sholat, hingga terakhir sarapan. Bangun tidur yang awalnya tidak berhasil menjadi sukses dengan iming-iming dia akan ikut ke hotel tempat bapaknya rapat. Selanjutnya sholat subuh juga setelah didorong-dorong oleh bapaknya, barulah ia maau melaksanakannya. Namun yang terakhir, sarapan, dia tidak mau karena takut ditinggal oleh bapaknya.
"Ayo Nanda sarapan dulu!" seruku padanya
"Ndak, nanti saya ditinggal sama bapak" serunya lebih keras
"Kan dari tadi semua udah disiapin kenapa ndak mulai-mulai? sekarang bapak dah mau berangkat malah nanda baru mau makan" cecarku tak mau kalah
"Mama makanya jangan marah-marah caranya" jawabnya lagi
"Mama ndak marah-marah, mama cuma nyuruh nanda sarapan" jelasku dnegan nanda yang sedikit kuturunkan
"Iya tapi ndak gitu caranya, marah-marah kalo begitu" keluhnya lagi sambil menangis
Aku sadar mungkin terbawa suasana pagi yang cukup hectic sehingga akupun ikut panik membuat intonasi yang tinggi dalam percakapan kami.
Singkat cerita akupun meninggalkannya menuju kantor. Kupikir mungkin kami perlu jeda.
Benar saja, setelah aku kembali untuk menjemputnya, dia mulai merajuk. Mulai dari minta disuapin makan, dicarikan rompi, dll.
Pesanku padanya,
"Nak, kalau Nanda selalu menolak atau melawan apa yang mama papa suruh atau minta semua akan berjalan seperti tadi, ndak ada yang lancar. Kalo Nnada masih seperti itu artinya Nanda ndak bersyukur. Dan Alloh tidak akan menyayangi kita lagi kalo kita ndak bersyukur"
Dia hanya mengangguk lemah.
"Besok gini lagi ya?!" ujarku
"NDAAK" teriaknya mereka kompak.
Alhamdulillah, semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kami
#day8thfrom10th
#tantangan_bunsay_IIPLuarJawa
Hari ini, ananda sejak subuh sudah tampak tidak bersahabat. Mungkin karena kesan semalam sebelum ia tidur yang masih menyisakan kesal dihatinya. Entahlah...
Dan pagi ini pun dia menolak semua perintah yang kuberikan, mulai dari bangun tidur, sholat, hingga terakhir sarapan. Bangun tidur yang awalnya tidak berhasil menjadi sukses dengan iming-iming dia akan ikut ke hotel tempat bapaknya rapat. Selanjutnya sholat subuh juga setelah didorong-dorong oleh bapaknya, barulah ia maau melaksanakannya. Namun yang terakhir, sarapan, dia tidak mau karena takut ditinggal oleh bapaknya.
"Ayo Nanda sarapan dulu!" seruku padanya
"Ndak, nanti saya ditinggal sama bapak" serunya lebih keras
"Kan dari tadi semua udah disiapin kenapa ndak mulai-mulai? sekarang bapak dah mau berangkat malah nanda baru mau makan" cecarku tak mau kalah
"Mama makanya jangan marah-marah caranya" jawabnya lagi
"Mama ndak marah-marah, mama cuma nyuruh nanda sarapan" jelasku dnegan nanda yang sedikit kuturunkan
"Iya tapi ndak gitu caranya, marah-marah kalo begitu" keluhnya lagi sambil menangis
Aku sadar mungkin terbawa suasana pagi yang cukup hectic sehingga akupun ikut panik membuat intonasi yang tinggi dalam percakapan kami.
Singkat cerita akupun meninggalkannya menuju kantor. Kupikir mungkin kami perlu jeda.
Benar saja, setelah aku kembali untuk menjemputnya, dia mulai merajuk. Mulai dari minta disuapin makan, dicarikan rompi, dll.
Pesanku padanya,
"Nak, kalau Nanda selalu menolak atau melawan apa yang mama papa suruh atau minta semua akan berjalan seperti tadi, ndak ada yang lancar. Kalo Nnada masih seperti itu artinya Nanda ndak bersyukur. Dan Alloh tidak akan menyayangi kita lagi kalo kita ndak bersyukur"
Dia hanya mengangguk lemah.
"Besok gini lagi ya?!" ujarku
"NDAAK" teriaknya mereka kompak.
Alhamdulillah, semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kami
#day8thfrom10th
#tantangan_bunsay_IIPLuarJawa
Minggu, 12 November 2017
Tentang Kejujuran
Suatu hari aku dan kak Nanda sepakat untuk berdiskusi tentang "kebohongan". Aku memulai dengan sebuah pertanyaan.
"Kak, apa sih bohong itu?" mulaiku.
"Hmmm...ndak tau", jawabnya.
"Contohnya begini, mama punya mangga, trus ditanya sama orang, kamu punya mangga ndak?, trus mama jawab, Ndak. Itu namanya mama berbohong", jelaku padanya.
Dia mengangguk tanda paham. Akupun melanjutkan diskusi dengan pertanyaan baru.
"Kakak Na suka bohong?", tanyaku.
"Iya", jawabnya polos.
"Kenapa?" sambungku.
"Soalnya biar mama ndak marah!", serunya kembali.
Wah sepertinya ada yang salah denganku sehingga anakku yang masih kecil ini lebih memilih berbohong dari pada mengaku dan dimarah.. Hmmm...
"Kakak Na tau ndak apa kata Rasululloh tentang orang yang suka berbohong?" sambungku.
"Ndak tau" jawabnya.
Aku mencoba memberikan penjelasan yang sederhana padanya.
"Kata Rosul, bukan termasuk golonganku orang yang suka berbohong"jelasku padanya.
"Golongan itu apa sih ma?" tanyanya kembali.
Aku mencoba menjelaskan makna lain golongan sebagai kelompok namun dia tampaknya belum paham. Dan akhirnya dia memahami makna golongan sebagai teman.
"Jadi Rasul tidak mau berteman dengan orang yang suka berbohong" uraiku padanya.
"Kalo jadi tteman Rosul kenapa?" tanyanya penasaran.
" Kalo kita menjadi teman Rosul, kita bisa dibantu oleh beliau untuk masuk ke surga" jawabku
"Saya mau masuk surga" ujarnya kembali.
"Kalo begitu kakak ndak boleh bohong lagi ya" pintaku tulus padanya.
Dan dia pun menyanggupinya.
Pelajaran penting bagiku, bahwa anak-anak butuh penjelasan yang sederhana akan segala hal yang terkadang menjadi "larangan" dalam setiap langkah kehidupan keseharian mereka. Oleh karenanya sebagai Ibu yang akan selalu konsern dengan setiap detail tumbuh kembangnya, kita perlu terus belajar dan belajar ilmunya.
#day7thfrom10th
#tantangan_Bunsay3_IIPLuarJawa
"Kak, apa sih bohong itu?" mulaiku.
"Hmmm...ndak tau", jawabnya.
"Contohnya begini, mama punya mangga, trus ditanya sama orang, kamu punya mangga ndak?, trus mama jawab, Ndak. Itu namanya mama berbohong", jelaku padanya.
Dia mengangguk tanda paham. Akupun melanjutkan diskusi dengan pertanyaan baru.
"Kakak Na suka bohong?", tanyaku.
"Iya", jawabnya polos.
"Kenapa?" sambungku.
"Soalnya biar mama ndak marah!", serunya kembali.
Wah sepertinya ada yang salah denganku sehingga anakku yang masih kecil ini lebih memilih berbohong dari pada mengaku dan dimarah.. Hmmm...
"Kakak Na tau ndak apa kata Rasululloh tentang orang yang suka berbohong?" sambungku.
"Ndak tau" jawabnya.
Aku mencoba memberikan penjelasan yang sederhana padanya.
"Kata Rosul, bukan termasuk golonganku orang yang suka berbohong"jelasku padanya.
"Golongan itu apa sih ma?" tanyanya kembali.
Aku mencoba menjelaskan makna lain golongan sebagai kelompok namun dia tampaknya belum paham. Dan akhirnya dia memahami makna golongan sebagai teman.
"Jadi Rasul tidak mau berteman dengan orang yang suka berbohong" uraiku padanya.
"Kalo jadi tteman Rosul kenapa?" tanyanya penasaran.
" Kalo kita menjadi teman Rosul, kita bisa dibantu oleh beliau untuk masuk ke surga" jawabku
"Saya mau masuk surga" ujarnya kembali.
"Kalo begitu kakak ndak boleh bohong lagi ya" pintaku tulus padanya.
Dan dia pun menyanggupinya.
Pelajaran penting bagiku, bahwa anak-anak butuh penjelasan yang sederhana akan segala hal yang terkadang menjadi "larangan" dalam setiap langkah kehidupan keseharian mereka. Oleh karenanya sebagai Ibu yang akan selalu konsern dengan setiap detail tumbuh kembangnya, kita perlu terus belajar dan belajar ilmunya.
#day7thfrom10th
#tantangan_Bunsay3_IIPLuarJawa
Jumat, 10 November 2017
Sebelum Pergi Berenang
Siapa yang akan menyangka bila hari ini akan menjadi hari yang penuh huru-hara di rumah. Masalahnya sepele, baju renang kakak tertinggal di rumah mbahnya.
Siang ini adalah jadwal renang kakak Nanda di salah satu tempat bermain anak-anak di kota Mataram. Namanya Kura-kura. Rencananya Nanda akan kuajak ke kantor dulu sambil menunggu jam 3 sore untuk kuantar ke lokasi renangnya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dan dia masih belum membereskan perlengkapannya. Akhirnya akupun turun tangan mencari baju renang yang biasa dia gunakan.
Setelah semua tempat penyimpanan baju kammi bongkar, tak ada tanda-tanda baju itu disana. Akhirnya aku menghungi kakaknya yang sebulan yang lau mengantarnya berenang. Menerut keterangan baju renag itu ada di rumah mbah.
Drama pun dimulai.
"Nah sekarang bagaimana, baju renangnya ga ada", ujarku padanya
a"Saya mau berenang pake baju renang pokoknya!" serunya sambil terus merajuk minta dibelikan baju renang yang baru.
"Uangnya dapet dari mana mau beli sekarang?" tanyaku
"kalo gitu ambilin di praya!" sahutnya lagi
Hmmm.... Bagiku 27 km itu bukanlah jarak yang dekat jika harus dilaju pp sesaat.
"Ya mama capek lah kalo harus ambil bajunya ke praya", jelasku padanya.
Hampir 40 menit perdebatan terjadi antara kami hanya untuk menyelesaikan masalah "kostum" renangnya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya dengan kondisi "panas". Kulaju motorku menuju kantor dengan harapan bisa melanjutkan tugas yang tertunda. Sayangnya masalah tadi masih menghantui. Bagaimana tidak, kegiatan ini hanya 1 kali sebulan dan dia selalu tampak sangat menikmatinya.
Aku mecoba menghubunginya melalui ponse bapaknya yang tertinggal di rumah. Dalam percakapan itu tampak dia masih menyimpan dendam padaku. Dia bilang kalau dia ga mau bicara denganku lagi.
Ok, masalah ini harus ku selesaikan, ujarku dalam hati.
"Kakak maunnya apa sekarang?" tanyaku menawarkan solusi.
"Mau berenang", jawabnya sambil menahan tangisnya di seberang sana.
"Ok, sekarang ikuti apa yang mama bilang!" perintahku padanya.
Aku meminta dia mengenakan baju kaus dan celana leggingnya langsung agar dia bisa langsung berenang di kolam yang tersedia.
"Tapi sekarang ya, cepetan, jangan kayak kakak yang selalu lama" serunya padaku
"Mama akan jemput sesuai jadwalnya, jam 3, dan sekarang siapkan perlengkapanmu semua!" jelasku padanya.
"Iya Ma" jawabnya menyisakan tangisnya yang tadi.
Baru kali ini aku berdebat sengit dengannya dengan durasi sepanjang itu. Mungkin banyak ego seorang diktator yang kubawa. Dan itu menimbulkan perasaan menyesal yang harus kubayar dengan "capek".
Dari peristiwa ini aku belajar tentang betawa kesabaran akan membawa kita pada sesuatu yang lebih baik.
#day6thfrom10th
#tantangan1_Bunsay_IIPLuarJawa
Siang ini adalah jadwal renang kakak Nanda di salah satu tempat bermain anak-anak di kota Mataram. Namanya Kura-kura. Rencananya Nanda akan kuajak ke kantor dulu sambil menunggu jam 3 sore untuk kuantar ke lokasi renangnya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dan dia masih belum membereskan perlengkapannya. Akhirnya akupun turun tangan mencari baju renang yang biasa dia gunakan.
Setelah semua tempat penyimpanan baju kammi bongkar, tak ada tanda-tanda baju itu disana. Akhirnya aku menghungi kakaknya yang sebulan yang lau mengantarnya berenang. Menerut keterangan baju renag itu ada di rumah mbah.
Drama pun dimulai.
"Nah sekarang bagaimana, baju renangnya ga ada", ujarku padanya
a"Saya mau berenang pake baju renang pokoknya!" serunya sambil terus merajuk minta dibelikan baju renang yang baru.
"Uangnya dapet dari mana mau beli sekarang?" tanyaku
"kalo gitu ambilin di praya!" sahutnya lagi
Hmmm.... Bagiku 27 km itu bukanlah jarak yang dekat jika harus dilaju pp sesaat.
"Ya mama capek lah kalo harus ambil bajunya ke praya", jelasku padanya.
Hampir 40 menit perdebatan terjadi antara kami hanya untuk menyelesaikan masalah "kostum" renangnya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkannya dengan kondisi "panas". Kulaju motorku menuju kantor dengan harapan bisa melanjutkan tugas yang tertunda. Sayangnya masalah tadi masih menghantui. Bagaimana tidak, kegiatan ini hanya 1 kali sebulan dan dia selalu tampak sangat menikmatinya.
Aku mecoba menghubunginya melalui ponse bapaknya yang tertinggal di rumah. Dalam percakapan itu tampak dia masih menyimpan dendam padaku. Dia bilang kalau dia ga mau bicara denganku lagi.
Ok, masalah ini harus ku selesaikan, ujarku dalam hati.
"Kakak maunnya apa sekarang?" tanyaku menawarkan solusi.
"Mau berenang", jawabnya sambil menahan tangisnya di seberang sana.
"Ok, sekarang ikuti apa yang mama bilang!" perintahku padanya.
Aku meminta dia mengenakan baju kaus dan celana leggingnya langsung agar dia bisa langsung berenang di kolam yang tersedia.
"Tapi sekarang ya, cepetan, jangan kayak kakak yang selalu lama" serunya padaku
"Mama akan jemput sesuai jadwalnya, jam 3, dan sekarang siapkan perlengkapanmu semua!" jelasku padanya.
"Iya Ma" jawabnya menyisakan tangisnya yang tadi.
Baru kali ini aku berdebat sengit dengannya dengan durasi sepanjang itu. Mungkin banyak ego seorang diktator yang kubawa. Dan itu menimbulkan perasaan menyesal yang harus kubayar dengan "capek".
Dari peristiwa ini aku belajar tentang betawa kesabaran akan membawa kita pada sesuatu yang lebih baik.
#day6thfrom10th
#tantangan1_Bunsay_IIPLuarJawa
Rabu, 08 November 2017
Belajar "Ngatur" Sangu
Suatu hari Nanda meminta sangu ke saya karena mungkin dia lupa minta ke bapaknya. Sambil berfikir karena tidak membawa uang kecil, bagaimana supaya uang 10.000 bisa diatur sehingga cukup untuk 3 hari kedepan. Sebenarnya bisa saja sih memintanya mengembalikan sisanya namun saya juga ingin dia belajar.
"Kakak, kali ini mama kasi sangu 10.000 ya, tapi untuk 3 hari", ujarku padanya.
Mukanya masih menunjukkan kebingungan.
"Kakak bisa pake uang ini seharinya 3.000 atau 4.000, jadi cukup untuk 3 hari kedepem", jelasku lagi padanya. Dan kali ini tampaknya dia paham.
" Iya mah, sekarang nanda mau pake 5.000", sahutnya.
"Silakan, kakak bisa pake separo atau mau dihabiskan sekaligus juga ga papa, tapi ingat sampai hari rabu mama ga akan kasi lagi ya", ucapku mengingatkan.
Dan dia mengangguk.
Hari itu dia menghabiskan 4.000 rupiah. Alhamdulillah... semoga besok masih bisa menjaga "keinginan" yang biasanya sering melebihi kemampuan yang dimilikinya.
Ternyata ada hari kedua semua sisa sangu nanda habis tak berbekas, cieee....
Saya bertanya," dihabisin buat beli apa kak uangnya?"
"Buat beli jajan. Ada jajan yang saya suka sekali jadi saya beli-beli terus", jawabnya polos.
"Berarti besok ga ada sangu ya?!", seruku.
"Besok Nanda minta sama bapak", jawabnya cuek.
Aku ingin dia belajar tentang konsekuensi dari perbuatannya, sehingga akupun tidak mengizinkannya meminta pada bapaknya.
Akhirnya, pada hari ketiga sepulang sekolah, aku bertanya padanya.
"Kakak tadi ada sangu?", tanyaku.
"Ngga ada mah", jawabnya.
"Brarti tadi ga jajan?", tanyaku lagi
"Jajan", jawabnya lagi.
Dan ternyata dia meminta uang pada temannya.
"Kakak kenapa minta sama temen?" ujarku meminta penjelasan
"Soalnya dia punya uang 5000, jadi saya minta" celotehnya dengan tanpa rasa bersalah.
Muncul pertanyaan dalam hatiku, apakah penjelasan yang kuberikan 3 hari lalu masih kurang jelas, atau memang belum saatnya untuk mengajaknya berfikir seperti itu?
"Nanda mau jadi pengemis?" tanyaku tak lama kemudian
Dia pun menjawab, "Ga mau Ma".
"Kalo ga mau, Nanda ga boleh minta-minta sama temannya lagi ya!", lanjutku.
Dan dia menyetujui hal itu.
Peristiwa itu menjadi suatu pelajaran bagiku bahwa pembelajaran terhadap anak membutuhkan proses dan penuh kesabaran. Mereka masih perlu diingatkan terutama untuk ha-hal yang baru dikenalnya, terlebih lagi jika itu suatu sistem yang berkaitan dengan emosinya.
#day5thfrom10th
#tantangan1_Bunsay_IIPluarjawa
"Kakak, kali ini mama kasi sangu 10.000 ya, tapi untuk 3 hari", ujarku padanya.
Mukanya masih menunjukkan kebingungan.
"Kakak bisa pake uang ini seharinya 3.000 atau 4.000, jadi cukup untuk 3 hari kedepem", jelasku lagi padanya. Dan kali ini tampaknya dia paham.
" Iya mah, sekarang nanda mau pake 5.000", sahutnya.
"Silakan, kakak bisa pake separo atau mau dihabiskan sekaligus juga ga papa, tapi ingat sampai hari rabu mama ga akan kasi lagi ya", ucapku mengingatkan.
Dan dia mengangguk.
Hari itu dia menghabiskan 4.000 rupiah. Alhamdulillah... semoga besok masih bisa menjaga "keinginan" yang biasanya sering melebihi kemampuan yang dimilikinya.
Ternyata ada hari kedua semua sisa sangu nanda habis tak berbekas, cieee....
Saya bertanya," dihabisin buat beli apa kak uangnya?"
"Buat beli jajan. Ada jajan yang saya suka sekali jadi saya beli-beli terus", jawabnya polos.
"Berarti besok ga ada sangu ya?!", seruku.
"Besok Nanda minta sama bapak", jawabnya cuek.
Aku ingin dia belajar tentang konsekuensi dari perbuatannya, sehingga akupun tidak mengizinkannya meminta pada bapaknya.
Akhirnya, pada hari ketiga sepulang sekolah, aku bertanya padanya.
"Kakak tadi ada sangu?", tanyaku.
"Ngga ada mah", jawabnya.
"Brarti tadi ga jajan?", tanyaku lagi
"Jajan", jawabnya lagi.
Dan ternyata dia meminta uang pada temannya.
"Kakak kenapa minta sama temen?" ujarku meminta penjelasan
"Soalnya dia punya uang 5000, jadi saya minta" celotehnya dengan tanpa rasa bersalah.
Muncul pertanyaan dalam hatiku, apakah penjelasan yang kuberikan 3 hari lalu masih kurang jelas, atau memang belum saatnya untuk mengajaknya berfikir seperti itu?
"Nanda mau jadi pengemis?" tanyaku tak lama kemudian
Dia pun menjawab, "Ga mau Ma".
"Kalo ga mau, Nanda ga boleh minta-minta sama temannya lagi ya!", lanjutku.
Dan dia menyetujui hal itu.
Peristiwa itu menjadi suatu pelajaran bagiku bahwa pembelajaran terhadap anak membutuhkan proses dan penuh kesabaran. Mereka masih perlu diingatkan terutama untuk ha-hal yang baru dikenalnya, terlebih lagi jika itu suatu sistem yang berkaitan dengan emosinya.
#day5thfrom10th
#tantangan1_Bunsay_IIPluarjawa
Selasa, 07 November 2017
Dia Perlu Bukti
Kisah kali ini terjadi kemarin saat saya menjemput kakak Na. Sesuai permintaan, saya menjemputnya sedikit terlambat. Saat saya tiba di sekolahnya, kakak Na sudah menunggu di gerbang sekolah.
Setelah berpamitan dengan ustazah, dengan ceria dia menaiki motor yang saya kendarai. Saya pun bertanya, " kakak kok senang sekali kayaknya?".
"Iya seneng soalnya mama jemputnya pas." jawabnya. Pikiran anak-anak memang sangat sederhana, gumamku dalam hati.
"Ma, tadi ada temen saya bawa jas hujan, warnanya pink baguuus...sekali", celotehnya membuka percakapan diperjalanan. "O ya?! Nanda pengen?" tanyaku.
"Iya mah, sekarang kan sering hujan jadi nanda pengen punya jas hujan seperti temen Nanda itu." jawabnya bersemangat.
Sebenarnya saat berangkat menjemputnya, saya pun sudah berniat untuk membeli jas hujan untuk kami bertiga dan seperti ada kontak diantara kami sehingga saat itu juga saya mengajaknya ke toserba.
Setibanya di toserba, "Mba, ada jas hujan?" tanyaku. "Hanya ada yang untuk anak", jawab Mba kasir di toserba itu. Dan dia pun menunjukkan letak jas hujan tersebut.
Nanda mulai memilih jas hujan yang diinginkan.
"Mah yang ini bagus, kayak punya temen saya warnanya" seru Nanda.
Dan saya meminta ijin Mba penjaga toko untuk membukanya untuk mencocokkan ukurannya dengan Nanda. Sayang ukurannya terlalu kecil untuk anakku yang memiliki bobot 30kg, hihihi....
Saya dan Nanda pun meninggalkan toko tadi.
Kami kembali mencoba peruntungan di toko yang lebih besar. Dan tentu saja tidak jauh dari toko pertama tadi sebab hujan akhirnya turun.
Sambil memilih jas hujan yang cocok dengan seleranya, Nanda berkata, "Mah, kita beli jas hujan 3 ya. Untuk mama sama papa 1, nanda 1 dan adek fikar sama biyu 1".
Wah hebat anakku ini, dia sudah tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi semua anggota keluarga menjadi perhatian baginya.
"Ok, kita cari dulu ya, nanti kalo cocok kita beli", jawabku.
Dia pun menemukan yang diinginkannya. Saya membantunya untuk membuka kemasan jas hujan itu dan mencocokkan dengan badannya. Sayang ukurannya masih terlalu kecil untuk Nanda.
Setelah lama mencari dan dengan sedikit memaksa dia mencoba untuk membujukku untuk tetap membeli jas hujan yang kecil tadi.
"Udah aja ma yang ini, ga papa lah kecil!" serunya.
"Sayang nak, nanti ga bisa dipake lama. Lagian ini bahannya mudah sobek", balasku.
"Tapi yang mana dong, ga ada lagi", serunya lagi.
Mungkin dia belum percaya dengan argumenku karena jas hujan tadi hanya kutempelkan pada badannya.
"Ok, kita coba ya, kalo ga sempit kita beli tapi kalo sempit, kita cari yang lain", ujarku kembali untuk meyakinkannya.
Akhirnya jas hujan itu kupasangkan di badannya dan dia berkata," Sempit mah, ga usah dah".
Tak lama kemudian akhirnya kami menemukan jas hujan yang memiliki 2 kepala, dan langsung saja aku menetapkan pilihan pada yang satu itu.
"Kak ini aja nih, bisa buat kta berdua, lihat pelindung kepalanya ada dua", jelasku sambil menunjukkan gambar yang ada pada jas hujan tersebut.
Dan alhamdulillah dia senang, bahkan sangat antusias dengan model yang satu ini.
Setelah membayar ke kasir, kutawarkan padanya untuk menunggu hujan reda atau menembus hujan yang cukup deras tadi. Kakak memilih untuk menembut hujan menuju kantorku dengan menggunakan jas hujan baru. Akhirnya kami berangkat menuju kantor hujan-hujanan. Dan yang membuatku sangat puas untuk proses kali ini adalah kegembiraan yang dia rasakan ketika "bermain" hujan di jalan dan bisa melihat hujan itu membasahi jas barunya tanpa membasahi badannya. Dan kutau dia sangat menikmati hal itu.
"Mah besok ajak fikar hujan-hujanan kayak tadi ya", katanya ketika tiba di tujuan. Saya hanya tersenyum melihatnya.
Terkadang penjelasan yang panjang dan lebar belum dapat dipahami dengan baik oleh anak umur 7 tahun. Mungkin fakta atau bukti berupa bentuk atau sesuatu yang real dapat menjadikannya menyetujui maksud yang kita sampaikan.
#day4thfrom10th
#tantangan1_bunsay_IIPluar jawa
Setelah berpamitan dengan ustazah, dengan ceria dia menaiki motor yang saya kendarai. Saya pun bertanya, " kakak kok senang sekali kayaknya?".
"Iya seneng soalnya mama jemputnya pas." jawabnya. Pikiran anak-anak memang sangat sederhana, gumamku dalam hati.
"Ma, tadi ada temen saya bawa jas hujan, warnanya pink baguuus...sekali", celotehnya membuka percakapan diperjalanan. "O ya?! Nanda pengen?" tanyaku.
"Iya mah, sekarang kan sering hujan jadi nanda pengen punya jas hujan seperti temen Nanda itu." jawabnya bersemangat.
Sebenarnya saat berangkat menjemputnya, saya pun sudah berniat untuk membeli jas hujan untuk kami bertiga dan seperti ada kontak diantara kami sehingga saat itu juga saya mengajaknya ke toserba.
Setibanya di toserba, "Mba, ada jas hujan?" tanyaku. "Hanya ada yang untuk anak", jawab Mba kasir di toserba itu. Dan dia pun menunjukkan letak jas hujan tersebut.
Nanda mulai memilih jas hujan yang diinginkan.
"Mah yang ini bagus, kayak punya temen saya warnanya" seru Nanda.
Dan saya meminta ijin Mba penjaga toko untuk membukanya untuk mencocokkan ukurannya dengan Nanda. Sayang ukurannya terlalu kecil untuk anakku yang memiliki bobot 30kg, hihihi....
Saya dan Nanda pun meninggalkan toko tadi.
Kami kembali mencoba peruntungan di toko yang lebih besar. Dan tentu saja tidak jauh dari toko pertama tadi sebab hujan akhirnya turun.
Sambil memilih jas hujan yang cocok dengan seleranya, Nanda berkata, "Mah, kita beli jas hujan 3 ya. Untuk mama sama papa 1, nanda 1 dan adek fikar sama biyu 1".
Wah hebat anakku ini, dia sudah tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi semua anggota keluarga menjadi perhatian baginya.
"Ok, kita cari dulu ya, nanti kalo cocok kita beli", jawabku.
Dia pun menemukan yang diinginkannya. Saya membantunya untuk membuka kemasan jas hujan itu dan mencocokkan dengan badannya. Sayang ukurannya masih terlalu kecil untuk Nanda.
Setelah lama mencari dan dengan sedikit memaksa dia mencoba untuk membujukku untuk tetap membeli jas hujan yang kecil tadi.
"Udah aja ma yang ini, ga papa lah kecil!" serunya.
"Sayang nak, nanti ga bisa dipake lama. Lagian ini bahannya mudah sobek", balasku.
"Tapi yang mana dong, ga ada lagi", serunya lagi.
Mungkin dia belum percaya dengan argumenku karena jas hujan tadi hanya kutempelkan pada badannya.
"Ok, kita coba ya, kalo ga sempit kita beli tapi kalo sempit, kita cari yang lain", ujarku kembali untuk meyakinkannya.
Akhirnya jas hujan itu kupasangkan di badannya dan dia berkata," Sempit mah, ga usah dah".
Tak lama kemudian akhirnya kami menemukan jas hujan yang memiliki 2 kepala, dan langsung saja aku menetapkan pilihan pada yang satu itu.
"Kak ini aja nih, bisa buat kta berdua, lihat pelindung kepalanya ada dua", jelasku sambil menunjukkan gambar yang ada pada jas hujan tersebut.
Dan alhamdulillah dia senang, bahkan sangat antusias dengan model yang satu ini.
Setelah membayar ke kasir, kutawarkan padanya untuk menunggu hujan reda atau menembus hujan yang cukup deras tadi. Kakak memilih untuk menembut hujan menuju kantorku dengan menggunakan jas hujan baru. Akhirnya kami berangkat menuju kantor hujan-hujanan. Dan yang membuatku sangat puas untuk proses kali ini adalah kegembiraan yang dia rasakan ketika "bermain" hujan di jalan dan bisa melihat hujan itu membasahi jas barunya tanpa membasahi badannya. Dan kutau dia sangat menikmati hal itu.
"Mah besok ajak fikar hujan-hujanan kayak tadi ya", katanya ketika tiba di tujuan. Saya hanya tersenyum melihatnya.
Terkadang penjelasan yang panjang dan lebar belum dapat dipahami dengan baik oleh anak umur 7 tahun. Mungkin fakta atau bukti berupa bentuk atau sesuatu yang real dapat menjadikannya menyetujui maksud yang kita sampaikan.
#day4thfrom10th
#tantangan1_bunsay_IIPluar jawa
Senin, 06 November 2017
Kenangan lama
Peristiwa ini terjadi kemarin, masih disaat menjemput kakak sekolah. Dan seperti biasa ketika tidak ada permintaan untuk telat dijemput pasti akan muncul wajah datar nggak bersahabat dan tak lama kemudian muncul protes.
Nanda: Mama ini, capek saya ma nunggu dari tadi, kenapa lama sekali jemput?!
Mama: Kan tadi hujan, jadi mama nunggu hujannya reda dulu
Nanda: Kenapa ndak hujan-hujan aja jemput saya?
Mama: Hujannya deras dan ada anginnya juga, kalo mama paksa jemput kita bisa basah kuyup
Nnanda: Ha? hujan angin ya ma?
Mama: Iya
Nanda: Berarti bener yang saya bilang ke temen-temen tadi kalo tadi itu hujan angin. Iya kan ma?!
Mama: Iya, trus tadi nanda main hujan ya?
Nanda: Ndak kok
Mama: Trus kenapa basah?
Nanda: Tadi itu saya anter temen saya ke mobilnya. Dia dijemput pake mobil. Mulanya saya mau
ikut tapi saya bilang " ndak jadi dah nanti saya dimarah sama mama"
Mama: Kenapa dimarah?
Nanda: Iya kan mama yang mau jemput saya
(aku baru ingat kalo dulu waktu TK nanda pernah ikut pulang sama ortu temennya, dan saya marah besar saat itu. Dan sepertinya itu masih berbekas dalam ingatannya, hiks....)
Mama: Besok nanda hafalin nomer hp mama ya, jadi kalo mau ikut sama temannya bisa telpon
mama dulu
Nanda: Iya dah ma
Dan ternyata kesalahan masa lalu itu begitu membekas di hati anak-anak kita. Aku bersyukur bisa mendapatkan ilmu ini sehingga aku tidak jatuh di lubang yang sama ketika membersamai mereka setelah ini.
#day3rdfrom10th
#tantangan_bundasayang_IIPLuarJawa
Nanda: Mama ini, capek saya ma nunggu dari tadi, kenapa lama sekali jemput?!
Mama: Kan tadi hujan, jadi mama nunggu hujannya reda dulu
Nanda: Kenapa ndak hujan-hujan aja jemput saya?
Mama: Hujannya deras dan ada anginnya juga, kalo mama paksa jemput kita bisa basah kuyup
Nnanda: Ha? hujan angin ya ma?
Mama: Iya
Nanda: Berarti bener yang saya bilang ke temen-temen tadi kalo tadi itu hujan angin. Iya kan ma?!
Mama: Iya, trus tadi nanda main hujan ya?
Nanda: Ndak kok
Mama: Trus kenapa basah?
Nanda: Tadi itu saya anter temen saya ke mobilnya. Dia dijemput pake mobil. Mulanya saya mau
ikut tapi saya bilang " ndak jadi dah nanti saya dimarah sama mama"
Mama: Kenapa dimarah?
Nanda: Iya kan mama yang mau jemput saya
(aku baru ingat kalo dulu waktu TK nanda pernah ikut pulang sama ortu temennya, dan saya marah besar saat itu. Dan sepertinya itu masih berbekas dalam ingatannya, hiks....)
Mama: Besok nanda hafalin nomer hp mama ya, jadi kalo mau ikut sama temannya bisa telpon
mama dulu
Nanda: Iya dah ma
Dan ternyata kesalahan masa lalu itu begitu membekas di hati anak-anak kita. Aku bersyukur bisa mendapatkan ilmu ini sehingga aku tidak jatuh di lubang yang sama ketika membersamai mereka setelah ini.
#day3rdfrom10th
#tantangan_bundasayang_IIPLuarJawa
Jumat, 03 November 2017
Terlambat dijemput
Alhamdulillah pagi ini bisa lebih baik dari pagi kemarin. Semua berjalan cukup mulus sesuai harapan. Seperti hari kemarin beberapa diskusi dimulai di atas kendaraan menuju sekolah. Dan tibalah saat penjemputan.
Aku menjemput ananda terlambat, sayangnya kalau kemarin dia yang ingin dijemput lambat, kali ini wajahnya menjadi sedikit masam ketika aq dengan tidak ada rencana terlambat menjemput. Percakaan kami dimulai.
Aku : Kenapa mukanya seperti itu?
Nanda : mama lama sekali jemputnya, capek saya nunggu :(
Aku: : Mama nunggu jam adek dijemput dulu supaya sekalian, jadi mama ga capek bolak-balik
Nanda : Tapi saya boleh ke kantor mama ya!
Aku : Kakak ke kantor mama besok ya hari senin sampai kamis
Nanda : Maunya sekarang juga
Aku : Sekarang kan ada adek. Nanti kakak sama adek berkelahi di kantor mama, jadinya ribut
Nanda : Oh... ya udah sekarang kita dianter dulu kerumah, kalo dah ganti baju kakak mau ikut mama
Aku : Wah adek juga pasti pengen ikut kalau begitu. Lagian kasian adek Abiyu ga ada temennya
Kakak Nanda kan masih punya waktu senin sampai kamis unutk main di kantor mama
Nanda : Iya deh
(Case closed)
Obrolan selanjutnya, dan masih di atas motor
Aku : Kak, kenapa sih kakak suka berkelahi sama adek Fikar?
Nanda : Iya, kita kan suka rebutan
Aku : emang apa yang direbut?
Nanda : Abiyu.... saya mau main sama Abiyu tapi Abiyu senengnya main sama Fikar.
Makanya saya mau punya adek lagi yang cewek
Aku : Kalo adeknya cowok lagi gimana?
Nanda : Ya abiyu tetep sama saya
Dan alhamdulillah mereka bisa akur selama dalam perjalanan hingga sampai di rumah. Semoga selama ditinggal balik ke kantor mereka tetap bisa menjaga sikap mereka itu.
#day2ndfrom10th
Aku menjemput ananda terlambat, sayangnya kalau kemarin dia yang ingin dijemput lambat, kali ini wajahnya menjadi sedikit masam ketika aq dengan tidak ada rencana terlambat menjemput. Percakaan kami dimulai.
Aku : Kenapa mukanya seperti itu?
Nanda : mama lama sekali jemputnya, capek saya nunggu :(
Aku: : Mama nunggu jam adek dijemput dulu supaya sekalian, jadi mama ga capek bolak-balik
Nanda : Tapi saya boleh ke kantor mama ya!
Aku : Kakak ke kantor mama besok ya hari senin sampai kamis
Nanda : Maunya sekarang juga
Aku : Sekarang kan ada adek. Nanti kakak sama adek berkelahi di kantor mama, jadinya ribut
Nanda : Oh... ya udah sekarang kita dianter dulu kerumah, kalo dah ganti baju kakak mau ikut mama
Aku : Wah adek juga pasti pengen ikut kalau begitu. Lagian kasian adek Abiyu ga ada temennya
Kakak Nanda kan masih punya waktu senin sampai kamis unutk main di kantor mama
Nanda : Iya deh
(Case closed)
Obrolan selanjutnya, dan masih di atas motor
Aku : Kak, kenapa sih kakak suka berkelahi sama adek Fikar?
Nanda : Iya, kita kan suka rebutan
Aku : emang apa yang direbut?
Nanda : Abiyu.... saya mau main sama Abiyu tapi Abiyu senengnya main sama Fikar.
Makanya saya mau punya adek lagi yang cewek
Aku : Kalo adeknya cowok lagi gimana?
Nanda : Ya abiyu tetep sama saya
Dan alhamdulillah mereka bisa akur selama dalam perjalanan hingga sampai di rumah. Semoga selama ditinggal balik ke kantor mereka tetap bisa menjaga sikap mereka itu.
#day2ndfrom10th
Kamis, 02 November 2017
Tentang Anak Sulungku
Baru 10 hari tepatnya kami berkumpul kembali sebagai suatu keluarga yang
lengkap. Ada Bapak, Aku (sebagai ibu) dan 3 orang anak-anak yang selalu
minta diberikan cinta yang sama.
Alhamdulillah hari ini sudah dan masih bisa mengantar sulungku ke sekolah meskipun dengan "intro" yang cukup menguras kesabaran.Sulungku ini baru berusia 7 tahun. Dua taun terakhir dia dibawah asuhan orangtuaku karena tugas negara yang harus kujalani, ciee....
Hari ini, meskipun dengan intro yang cukup alot yaitu terlambat bangun membuat emosi melebihi nalar yang pastinya menjadi suatu penyesalan di masa kemudian. Akibat pembukaan yang kurang mulus tadi membuat aku luput akan hal remeh temeh yang seharusnya dipakainya yaitu legging. Menurut cerita, Ustazah melarang anak yang ga pake legging untuk tidur-tiduran di kelas.
Dan diskusi dimulai saat pulang sekolah. Sepanjang perjalanan menuju tempat kerjaku, kami membicarakan hal-hal menarik yan terjadi di sekolah hari ini. Dan seperti dugaanku dia sangat senang ketika aku menepati janji untuk menjemputnya sedikit terlambat, karena kebetulan hujan juga.
Sebelum tiba di rumah aku mencoba mengajaknya untuk bernegosiasi terkait kegiatan yang selanjutnya akan dilakukan di rumah. Dan kami deal dengan acara mengganti seragam, mandi dan sholat. Setiba di rumah, ternyata adiknya yang bungsu sudah siap mengajaknya bermain, dan tetntu saja sulungku ini sangat antusias hingga akhirnya negosiasi harus dilakukan ulang.
Kali ini hal yang dicari kesepakatannya adalah antara waktu sholat dan main. Aku mencoba menawarkan sholat dulu baru dilanjut main sepuasnya atau 5 menit bermain lalu dilanjut sholat. Dan dia memilih opsi 1. Dan fakta yang terjadi adalah dia mandi sambil bermain air di halaman bersama bungsuku, baru setelah itu tanpa komando dia sholat.
Dari moomen yang singkat ini aku mencoba mengambil pembelajaran diri bahwa mereka sangat mudah diajak berkomunikasi asal suasananya cukup tenang bagi mereka dan akan lebih menarik ketika kita memberikan pilihan.
#day1stfrom10th
Alhamdulillah hari ini sudah dan masih bisa mengantar sulungku ke sekolah meskipun dengan "intro" yang cukup menguras kesabaran.Sulungku ini baru berusia 7 tahun. Dua taun terakhir dia dibawah asuhan orangtuaku karena tugas negara yang harus kujalani, ciee....
Hari ini, meskipun dengan intro yang cukup alot yaitu terlambat bangun membuat emosi melebihi nalar yang pastinya menjadi suatu penyesalan di masa kemudian. Akibat pembukaan yang kurang mulus tadi membuat aku luput akan hal remeh temeh yang seharusnya dipakainya yaitu legging. Menurut cerita, Ustazah melarang anak yang ga pake legging untuk tidur-tiduran di kelas.
Dan diskusi dimulai saat pulang sekolah. Sepanjang perjalanan menuju tempat kerjaku, kami membicarakan hal-hal menarik yan terjadi di sekolah hari ini. Dan seperti dugaanku dia sangat senang ketika aku menepati janji untuk menjemputnya sedikit terlambat, karena kebetulan hujan juga.
Sebelum tiba di rumah aku mencoba mengajaknya untuk bernegosiasi terkait kegiatan yang selanjutnya akan dilakukan di rumah. Dan kami deal dengan acara mengganti seragam, mandi dan sholat. Setiba di rumah, ternyata adiknya yang bungsu sudah siap mengajaknya bermain, dan tetntu saja sulungku ini sangat antusias hingga akhirnya negosiasi harus dilakukan ulang.
Kali ini hal yang dicari kesepakatannya adalah antara waktu sholat dan main. Aku mencoba menawarkan sholat dulu baru dilanjut main sepuasnya atau 5 menit bermain lalu dilanjut sholat. Dan dia memilih opsi 1. Dan fakta yang terjadi adalah dia mandi sambil bermain air di halaman bersama bungsuku, baru setelah itu tanpa komando dia sholat.
Dari moomen yang singkat ini aku mencoba mengambil pembelajaran diri bahwa mereka sangat mudah diajak berkomunikasi asal suasananya cukup tenang bagi mereka dan akan lebih menarik ketika kita memberikan pilihan.
#day1stfrom10th
Senin, 30 Oktober 2017
It is (Not) My First Diary
Bismillahirrahmanirrahim,
Menulis bukan merupakan hal yang baru bagi saya, namun hal ini juga bukan keahlian khusus yang saya miliki, sekarang.
Sejak kecil, menulis atau kami lebih mengenalnya dengan istilah "mengarang" merupakan salah satu pelajaran yang saya sukai, disamping menghitung. Sayangnya belum ada reward yang saya dapatkan dari kesenangan saya yang satu ini sehingga lambat laun kegiatan ini menjadi sekedar penggugur kewajiban. Ya... mulai dari menyusun skripsi, tesis dan tentunya laporan penelitian serta publikasi ilmiah yang menjadi "fardu" dalam bidang yang saya geluti saat ini.
Saya sempat sharing beberapa ide dalam tulisan pendek, tepatnya puisi, di salah satu situs yang saat itu cukup booming, dan sekarang mungkin masih, namun entah masih ada yang baca atau tidak. Dan hari ini, saya mencoba kembali hobi lama itu meskipun masih dalam rangka "tugas" dari tempat saya melanjutkan studi tentang KEHIDUPAN.
Salam Institut Ibu Profesional
Menulis bukan merupakan hal yang baru bagi saya, namun hal ini juga bukan keahlian khusus yang saya miliki, sekarang.
Sejak kecil, menulis atau kami lebih mengenalnya dengan istilah "mengarang" merupakan salah satu pelajaran yang saya sukai, disamping menghitung. Sayangnya belum ada reward yang saya dapatkan dari kesenangan saya yang satu ini sehingga lambat laun kegiatan ini menjadi sekedar penggugur kewajiban. Ya... mulai dari menyusun skripsi, tesis dan tentunya laporan penelitian serta publikasi ilmiah yang menjadi "fardu" dalam bidang yang saya geluti saat ini.
Saya sempat sharing beberapa ide dalam tulisan pendek, tepatnya puisi, di salah satu situs yang saat itu cukup booming, dan sekarang mungkin masih, namun entah masih ada yang baca atau tidak. Dan hari ini, saya mencoba kembali hobi lama itu meskipun masih dalam rangka "tugas" dari tempat saya melanjutkan studi tentang KEHIDUPAN.
Salam Institut Ibu Profesional
Langganan:
Postingan (Atom)