Selasa, 07 November 2017

Dia Perlu Bukti

Kisah kali ini terjadi kemarin saat saya menjemput kakak Na. Sesuai permintaan, saya menjemputnya sedikit terlambat. Saat saya tiba di sekolahnya, kakak Na sudah menunggu di gerbang sekolah.

Setelah berpamitan dengan ustazah, dengan ceria dia menaiki motor yang saya kendarai. Saya pun bertanya, " kakak kok senang sekali kayaknya?".
"Iya seneng soalnya mama jemputnya pas." jawabnya. Pikiran  anak-anak memang sangat sederhana, gumamku dalam hati.

"Ma, tadi ada temen saya bawa jas hujan, warnanya pink baguuus...sekali", celotehnya membuka percakapan diperjalanan. "O ya?! Nanda pengen?" tanyaku.
"Iya mah, sekarang kan sering hujan jadi nanda pengen punya jas hujan seperti temen Nanda itu." jawabnya bersemangat.

Sebenarnya saat berangkat menjemputnya, saya pun sudah berniat untuk membeli jas hujan untuk kami bertiga dan seperti ada kontak diantara kami sehingga saat itu juga saya mengajaknya ke toserba.

Setibanya di toserba, "Mba, ada jas hujan?" tanyaku. "Hanya ada yang untuk anak", jawab Mba kasir di toserba itu. Dan dia pun menunjukkan letak jas hujan tersebut.
Nanda mulai memilih jas hujan yang diinginkan.
"Mah yang ini bagus, kayak punya temen saya warnanya" seru Nanda.
Dan saya meminta ijin Mba penjaga toko untuk membukanya untuk mencocokkan ukurannya dengan Nanda. Sayang ukurannya terlalu kecil untuk anakku yang memiliki bobot 30kg, hihihi....
Saya dan Nanda pun meninggalkan toko tadi.

Kami kembali mencoba peruntungan di toko yang lebih besar. Dan tentu saja tidak jauh dari toko pertama tadi sebab hujan akhirnya turun.
Sambil memilih jas hujan yang cocok dengan seleranya, Nanda berkata, "Mah, kita beli jas hujan 3 ya. Untuk mama sama papa 1, nanda 1 dan adek fikar sama biyu 1".
Wah hebat anakku ini, dia sudah tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi semua anggota keluarga menjadi perhatian baginya.
"Ok, kita cari dulu ya, nanti kalo cocok kita beli", jawabku.
Dia pun menemukan yang diinginkannya. Saya membantunya untuk membuka kemasan jas hujan itu dan mencocokkan dengan badannya. Sayang ukurannya masih terlalu kecil untuk Nanda.

Setelah lama mencari dan dengan sedikit memaksa dia mencoba untuk membujukku untuk tetap membeli jas hujan yang kecil tadi.
"Udah aja ma yang ini, ga papa lah kecil!" serunya.
"Sayang nak, nanti ga bisa dipake lama. Lagian ini bahannya mudah sobek", balasku.
"Tapi yang mana dong, ga ada lagi", serunya lagi.
Mungkin dia belum percaya dengan argumenku karena jas hujan tadi hanya kutempelkan pada badannya.
"Ok, kita coba ya, kalo ga sempit kita beli tapi kalo sempit, kita cari yang lain", ujarku kembali untuk meyakinkannya.
Akhirnya jas hujan itu kupasangkan di badannya dan dia berkata," Sempit mah, ga usah dah".

Tak lama kemudian akhirnya kami menemukan jas hujan yang memiliki 2 kepala, dan langsung saja aku menetapkan pilihan pada yang satu itu.
"Kak ini aja nih, bisa buat kta berdua, lihat pelindung kepalanya ada dua", jelasku sambil menunjukkan gambar yang ada pada jas hujan tersebut.
Dan alhamdulillah dia senang, bahkan sangat antusias dengan model yang satu ini.

Setelah membayar ke kasir, kutawarkan padanya untuk menunggu hujan reda atau menembus hujan yang cukup deras tadi. Kakak memilih untuk menembut hujan menuju kantorku dengan menggunakan jas hujan baru. Akhirnya kami berangkat menuju kantor hujan-hujanan. Dan yang membuatku sangat puas untuk proses kali ini adalah kegembiraan yang dia rasakan ketika "bermain" hujan di jalan dan bisa melihat hujan itu membasahi jas barunya tanpa membasahi badannya. Dan kutau dia sangat menikmati hal itu.

"Mah besok ajak fikar hujan-hujanan kayak tadi ya", katanya ketika tiba di tujuan. Saya hanya tersenyum melihatnya.

Terkadang penjelasan yang panjang dan lebar belum dapat dipahami dengan baik oleh anak umur 7 tahun. Mungkin fakta atau bukti berupa bentuk atau sesuatu yang real dapat menjadikannya menyetujui maksud yang kita sampaikan.

#day4thfrom10th
#tantangan1_bunsay_IIPluar jawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar