Sabtu, 15 Desember 2018

Hari pembagian rapot

Pagi ini saya bertugas mengambil hasil evaluasi belajar anak-anak alias rapot. Alhamdulillah berdasarkan informasi dari wali kelas mereka, keduanya banyak perkembangan positif. Berita yang kurang menyenangkan untuk kak Nanda adalah laporan tentang sikapnya yang mudah terpengaruh oleh teman-temannya. Sebagai contoh ketika temannya mengajaknya bermain disaat jam pelajaran maka ia akan mengikuti temannya tersebut. Sementara adiknya, menurut laporan bu guru, adalah anak yang perfeksionis namun belum bisa mengendalikan emosinya. Ok, menjadi PR bagi kami selaku orang tua untuk lebih bisa melatih kelemahan yang mereka miliki.

Cerita terkait dengan gaya belajar kali ini adalah menanyakannya langusng pada  kak Nanda. Hari ini dia agak badmood jadi pertanyaan dibuat semenarik mungkin sehingga ia merespon.
"Kak Na, mana yang lebih disukai, membaca sendiri atau dibacain?" tanyaku
"baca sendiri sih', jawabnya.
"Kalo baca sendiri, sukanya yang diam-diam atau bersuara keras" tanyaku kembali
"Enakan diam-diam, jadi cepet ngerti", jawabnya kembali
"oooo..., jadi Nanda lebih suka baca sendiri ya dari pada mama bacain,kenapa?" tanyaku penasaran
"iya, soalnya mama kalo baca itu pelan-pelan sekali jadi lama ngertinya" serunya menjelaskan
dst....

Ok, mama paham sekarang mengapa dia lebih sering terlihat membaca dalam hati, dalam ruangan yang sepi. Fix, dia tipe visual meskipun pada kondisi tertentu berubah menjadi visul auditory.


Jumat, 14 Desember 2018

Bermain lego

Setelah beberapa hari hanya menghabiskan waktunya dengan tiduran, akhirnya hari ini dia mulai keluar rumah. Dia berkunjung ke rumah sepupunya yang kebetulan baru beberapa waktu lalu pindah di dekat rumah. Tampak Kak Na sedang menyusun beberapa brick lego menjadi sebuah ustana kecil dengan beberapa ornamen disekitarnya. Simpel, sangat sederhana.
"Ma beliin lego ya," pintanya dengan nada sedikit meminta kepastian.
"Emang sejak kapan kak N suka main lego? tanyaku
"kemarin pas adinya minta itu kak Na kan ga tertarik', lanjutku
Dia hanya membalasku dengan senyum, tidak ada ekspresi kecewa disitu.
Nah, sebenarnya saya sendiri tidak yakin dengan keinginannya itu sebab selama ini dia tipe anak yang tidak akan betah berlama-lama dengan mainan seperti lego.
Ada apa dengannya kali ini?
1. mungkin karena melihat teman-temannya senang memainkan lego sehingga dia berharap bisa punya banyak teman jika punya mainan seperti itu
2. atau ini masih pengaruh "obat", maklum masih belum fit betul jadi masih banyak menghayalnya

Fix, dia bukan tipe anak yang senang berlama-lama memainkan permainan seperti lego, buktinya bangunan yang dibuatnya sangat sederhana, tidak banyak tantangan tapi tampak girly.
Jadi, dapat disimpulkan kali ini kak Na tampak lebih ke auditory dibandingkan visual dan kinestetik.

#harike9
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Kenapa harus remedi?

Hari senin wali kelas kak Nanda membagikan beberapa hasil UAS. Sekilas saya melihat nilai-nilai yang tercantum di lembar-lembar itu sebelem menelitinya satu persatu. Secara keseluruhan kak Na bisa menjawab dengan baik kecuali beberapa hal yang memang terlewat seperti detail tentang kisah nabi Sholeh pada pelajaran Al Islam dan operasi pembagian bilangan pada pelajaran tematik. Sayangnya kurikulum yang diterapkan sangat detail dalam memberikan penilaian. Jadi per bab diberikan nilai masing-masing. sehingga jika ada bab yang nilainya dibawah 75 maka harus dilakukan remedial.
Dari hasil ulangan tersebut akirnya kakak Na harus remedial Al Islam bab Kisah Nabi Sholeh AS. Remedialnya kali ini berupa membuat ringkasan tentang nabi Sholeh. Dia semangat sekali dengan tugas itu. Sayangnya kondisi fisiknya saat itu sedang drop. Akhirnya dia minta bantuan saya untuk membantunya.Ok, saya sepakat membantunya dengan memberikan tanda di bukunya tentang poin penting yang harus dituliskan.
Alhamdulillah, meski menghabiskan waktu yang cukup lama akhirnya tugasnya pun selesai.

Note. Semangat belajar tinggi, membaca dan menulis dengan tenang, tugas selesai.
          Kali ini gaya belajar visual yang lebih dominan

#harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Minggu, 09 Desember 2018

Remedial

Kemarin wali kelas kak Nanda mengumumkan bahwa pada hari senin dan selasa anak-anak akan melaksanakan remedial. Menurut beliau sebagian besar anak-anak di kelas Kak Na harus mengikuti ulangan perbaikan karena sistem menggunakan kurikulum 13. Mungkin nilai anak-anak yang kemarin tidak memenuhi standar ersebut. Ok, artinya kak Na harus membaca ulang materi yang seminggu lalu sudah diujiankan.
Semalam, sepulangnya kami dari acara keluarga, kak Na kami ngatkan untuk mengulang kembali membaca bahan ujiannya.
"Kak ayo dibaca lagi bukunya, coba diingat-ingat bagian mana yang ga bisa dijawab kemarin", seru mama.
"Saya ga tau mana yang saya ga bisa jawab kemarin", tanggapnya
"Ya udah kalo begitu coba dibaca sekali lagi deh bukunya" seruku lagi
Ia pun mengambil beberapa buku dan mulai membacanya. Sementara mama sibuk dengan adik-adik.
Tak lama kemudian terdengar irama yang tentunya tak asing bagi kami. Ya...itu kak Na yang sedang melagukan isi buku yang dibacanya. Mungkin dengan cara ini dia bisa menikmati apa yang sudah berkali-kali dibacanya seminggu yang lalu.

Note. Kakak Nanda menggunakan gaya belajar visual auditory tanpa kinestetik.

#harike7
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

(Lagi-lagi) Membaca tanpa suara

Mungkin karena tidak banyak memiliki mainan dan teman bermain perempuan, kakak Nanda lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca. Pada masa-masa UAS justru ia lebih tertarik membaca yang lain. Mungkin karena buku yang lain memiliki sesuatu yang baru sehingga ia rela menghabiskan banyak waktunya untuk hal tersebut. Terkadang dia akan menggunakan epen untuk membantunya mengetahui isi buku yang dipilihnya.
Berhubung mama adalah mama konvensional yang masih terpengaruh oleh ide-ide lama tentang "nilai" UAS, jadi deh keasikannya menikmati bacaan -bacaan favoritnya terganggu. Tentu dengan iming-iming pas liburan besok kakak bebas membaca apapun plus ada tambahan bacaan yang baru saja dipesan buat "sangu" libur. Dengan senang hati perintah mama dilaksanakan.

Note: membaca dalam hati sepertinya lebih masuk dalam gaya belajar visual.

#harike6
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Membaca dalam hati

Suatu ketika Kak Nanda tampak sedang membaca buku. Tapi kali ini tanpa suara. Hmmm....tidak seperti biasanya. Tampaknya dia sedang butuh konsentrasi tinggi. TiDAK MAU DIGANGGU.
Masih dalam rangka UAS, dia membaca materi Tematik dengan tanpa suara ditambah lagi dengan pintu yang ditutup.
Menurut peraturan yang dibuatnya, hanya mama yang boleh membuka pintu dan masuk. Yang lain, DILARANG MASUK! So, mama mencoba mencari tahu. Dan ternyata sebagaimana disampaikan sebelumnya, kakak sedang membaca bukunya, sambil menjawab beberapa pertanyaan yang belum sempat dikerjakannya.

Kali ini gaya belajar yang diterapkannya adalah visual. Tak ada suaa apalagi irama.

#harike5
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP



Sabtu, 08 Desember 2018

UAS (2)

Ahad adalah H-1 ujian untuk materi Tematik 1 dan Al Islam. Kali ini mama menemani belajar dengan cara memberikan soal-soal terkait materi Al Islam yang diujiankan. Pada materi Al Islam ada bab tentang wudhu.
"Ayo kak urutan wudhu apa aja?", tanyaku padanya.
"baca Bismillah sambil cuci tangan,prok..prok..prok...; kumur-kumur, basuh hidung, basuh  muka, prok..prok..prok...;tangan sampai ke siku, kepala dan telinga, terakhir kaki langsung doa" jawabnya dengan lagu.

"Kalo doa setelah wudhu?" tanyaku kembali
"Asyhaduallaa ilaahaillalloh wa,asyhaduanna muhammadarrasululloh
, Allohummaj'alni minattawaabina waj'alni minalmutatohhiriin..." jawabnya lagi
"Waja'alni min...." lanjutku
"Ibaadikashshoolihiin...." sambutnya menyelesaikan.

Satu per satu pertanyaan di buku dijawabnya dengan penuh keyakinan dan Alhamdulillah sebagian besar bisa diselesaikan. Semoga ujiannya besok bisa selancar hari ini.

Note: Banyak bagian-bagian materi yang dibuatkan irama oleh ananda. Selanjutnya dia akan menyanyikannya dengan suara yang bisa didengar olehnya. Jadi gaya belajarnya kali ini lebih cenderung ke auditory.

 #harike4
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP


Ujian Akhir Semester

Musim ujian semester bagi anak-anak di wilayah kami menjadi salah satu kesempatan bagus untuk mempelajari model belajar ananda.

Objek: Kakak Nanda, siswi kelas 2 SD

Hari senin UAS akan dimulai. Sejak hari sabtu mama sudah woro-woro kepada kak Na untuk mulai membaca materi Tema 1 dan Al Islam. Kakak mengambil buku Al Islam terlebih dahulu. Dia membaca dengan suara keras sambil menggerak-gerakkan tangannya seperti memperagakan sesuatu. Terkadang untuk beberapa bacaan dibuat irama tertentu olehnya.
Dari pengamatan kali ini, hal yang perlu digaris bawahi adalah kakak menggabungkan gaya belajar auditori dan kinestetik untuk memahamkan dirinya tentang materi yang dibacanya.

#harike3
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Rabu, 05 Desember 2018

(masih) tentang melipat bungkus nasi

Keesokan harinya tampak kakak sedang mengajarkan cara membuat bungkus nasi kepada bibik dan temannya.
Dengan penuh keceriaan dia berseru,"Mah sudah bisa saya. Ini saya lagi ngajarin bibik sama kak febi caranya buat ini" serunya sambil menunjukkan beberapa hasil lipatannya.
Benar sekali, kali ini dia sudah bisa membuat bungkus nasi yang jauh lebih baik dari kemarin.
Salut dengan semangatnya memperbaiki diri dan semangat berbaginya. Semoga pengalaman kali ini berlaku untuk tantangan-tantangan berikutnya.

Kesimpulan
Kakak sebenarnya peniru ulung seperti si adek, hanya saja kontrol emosinya masih belum baik sehingga masih perlu bimbingan orang tua, hahahha...
Untuk sementara berdasarkan pengamatan, kakak masuk dalam pembelajar kinestetik

#harike2
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP

Pre-test

Mengamati gaya belajar anak adalah game level 4 yang pada periode sebelumnya saya lewati. Dan kali ini saya tidak mau lagi "mis-".
Sebagai awalan, anak-anak diajak mencoba membuat suatu prakarya berupa bungkusan nasi dari kertas yang beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial.

Anak pertama: mencoba mengikuti arahan step by step namun kurang rapi sehingga tampilan   akhirnya kurang bagus
Anak kedua: mengikuti dengan seksama, menghasilkan "bungkus" yang cukup baik

Selanjutnya yang terjadi adalah
Anak pertama: emosi, banting pintu lalu menangis karena melihat keberhasilan adiknya
Anak kedua: makin bersemangat membuat bungkus-bungkus selanjutnya untuk dipamerkan kepada pemirsa dan tak lupa mengajak kakak untuk kembali mencoba

 Setelah ditanya "kenapa?
Anak pertama menjawab,"dia (adek) dibantu melipatnya jadi bisa bagus!" serunya sambil menangis
sementara anak kedua begitu gembira dengan bungkus nasi buatannya.

Ok, dari peristiwa ini dapat diambil kesimpulan sementara bahwa:
Kakak : motorik halusnya kurang terlatih jadi harus lebih sering praktek
Adik : peniru ulung dan senang membagi ilmunya dengan orang lain

#harike1
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP


Sabtu, 17 November 2018

Projek perubahan

"Ayo dong ditulis lagi yang kemarin" seruku padanya malam itu
"Apa mah?tanyanya
"katanya mau nulis operasi penjumlahan dan pengurangan kayak yang kmarin" jawabku menjelaskan
Tak lama kemudian satu kotak berisi 4 operasi penjumlahan sudah tertulis di papan tulis
ada 10+1=11, 20+1=21,4+1=5 dan 1+2=3.
Kutanya kenapa hanya sedikit yag ditulisnya, ia hanya menjawab denga senyuman.

Beberapa hari ini memang tampaknya anak-anak sedang mencoba menjadi anak yang patuh. Mungkin karena kami juga mencoba ikut dalam proyek melatih ecerdasan emosi sebagai orang tua dalam memberikan kenyamanan belajar pada anak-anak. Sangat kontras perubahan yang terjadi ketika dulu kami selalu berbicara dengan nada tinggi dengan akhir-akhir ini. Anak-anak menjadi lebih terbuka dan bisa diaja berkompromi.
Mungkin projek ini harus kami pertajam lagi agar semua menjadi seperti harapan, yakni menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warrohmah.

Aamiin...

Menggambar

Mati lampu (listrik) tidak menyurutkan niatnya untuk terus berkarya. Ya, disaat seerti itu biasanya anak-anak akan memilih melakukkan sesuatu yang tidak banyak memerlukan pencahayaaan tapi tidak dengan fikar. Sulung laki-lakiku ini memiliki tingkat konsentrasi yang cukup tinggi, biktinya dia bisa menghabiskan waktu 1 jam untuk menggambar dalam kondisi terbatas seperti sekarang.
"gambar apa kak? tanyaku
"gambar ninja", jawabnya singkat
"Ini, katanya sambil menunjukkan 4 ninja yang kemudian diterangkannya bernama, Fikar, Bapak, Abiyu dan Ahmad. Kempatnya adalah personel laki-laki dalam kelurga kami.
MasyaAlloh, entah mengapa ia menggambar seperti itu. Namun mungkin itu salah satukecerdasan yang dimilikinya yang harus kami kembangkan lebih lanjut.


Jumat, 16 November 2018

10-0

Kali ini tentang cerita di sekolah. Ketika itu hari rabu, jadwal olahraga di TK. Olahraga kali ini dilaksanakan di lapangan umum. Mereka bermain sepak bola.

Setibanya di rumah, dengan penuh semangat ia bercerita.
"Mah, tadi kita main bola di lapangan", serunya
Lalu saya bertanya, "Lapangan mana?
"Lapangan yang di deket sekolahan', jawabnya
"Menang?" tanyaku lagi.
"Iya, menang" jawabnya semangat
"sepuluh kosong" tambahnya
"MasyaAlloh banyak sekali" komentarku selanjutnya
"iya dah, trus saya yang masukin 5", lanjutnya  bercerita masih dengan semangat yang sama
"MasyaAlloh... Hebat sekali kakak fikar main bola ya", pujiku padanya.
Dia terus melanjutkan cerita betapa serunya permainan mereka di lapangan tadi.

Beberapa hari sebelunya dia juga bercerita tentang kemenangannya dalam pertandingan bola di sekolah dimana skornya saat itu 6-2. Dan semangatnya menceritakan peristiwa itu kepada kami sama seperti kali ini. Sepertinya kami juga harus mulai konsern dengan kecerdasannya dibidang yang satu ini.


Bunda sayang
Melatih kecerdasan
Ibu Profesional
IIP

Dia (memang) senang meniru

Malam ini saya mencoba membersihkan papan putih di ruang tengah. Tujuannya kali ini adalah untuk menuliskan operasi perkalian bilangan untuk selanjutnya dihapalkan oleh sulungku yang berada di kelas 2 sekolah dasar. Melihat apa yang kukerjakan, fikar ga mau kalah. Jika aku membuat perkalian 2 sampai 5, maka ia membuat operasi penjumlahan dan pengurangan di sebelahnya.

"Mah liat, 10+1 = 11" serunya sambil menunjukkan bilangan-bilangan yang ditulisnya di papan tulis
"9-1 =8"
"7-2 =5" dan seterusnya dan seterusnya
Ia membuatnya dalam tiga kotak. Kotak pertama berisi operasi penjumlahan, kotak kedua operasi pengurangan dan kotak terakhir berisi operasi perkalian yang sepertinya didapatnya dari tulisanku yang ada di papan itu juga.

Tak lama kemudian dia mulai menggambar. Ia menggambar 3 bentuk animasi orang yang diberi nama dirinya dan adiknya. Namun saya tidak melihat ada tulisan yang sebelumnya disana.
"Kok angka-angkanya di hapus? tanyaku
"Emang kenapa?' dia balik bertanya
"Kan belum mama foto"jawabku
"Hmmm..., besok deh tak buatin lagi ya Mah", komentarnya menanggapi.

Semoga Kelak kau menjadi orang sholeh yang menjadi panutan karena kebaikan dan manfaat yang engkau tebarkan ya Zul

Aamiin...

Bunda sayang
Melatih kecerdasan
Ibu Profesional
IIP

Ini tentang Dia dan Adiknya

Jarak umur mereka tidak terlalu jauh, hanya terpaut 3 tahun sja. Mungkin ini juga yang membuatnya merasa memiliki hak, kewajiban serta ketertarikan yang sama dengan si adik.
Suau ketika adiknya baru saja bangun dari tidur siangnya. Sementara Fikar sepulang dari sekolah langsung bermain sepeda. Tanpa mempedulikan kondisi adiknya yang masih mengumpulkan nyawanya, diajaklah si adik bercanda. Sayangnya si adik sepertinya belum siap sehingga menangislah si adik tadi.

Yang terjadi selanjutnya adalah mengalihkan perhatian kami dengan berlaku seolah-olah ia tidak bersalah, padahal peristiwa semacam ini sudah sering terjadi.
"Fikar, adeknya kan baru bangun, belum mau diajak main", seruku padanya.
"Orang kita cuma tunjukin sepedanya aja kok", jawabnya memberikan pembelaan diri
"Iya, tapi kan bisa nanti nak, adeknya masih ngantuk itu', jelasku lagi padanya.
"Huu...uhh....", keluhnya sambil mengayuh sepedanya meninggalkan kami.

Peristiwa seperti ini tidak sekali dua kali terjadi tapi sering kali. Mungkin diusianya yang baru 6 tahun hal ini memang belum bisa dipahami secara sempurna namun kami berharap seiring waktu ia akan bisa memahaminya.

Bunda sayang
Melatih kecerdasan
Ibu Profesional
IIP

Mencoba tantangan

Kali ini mencoba menyelesaikan tantangan.
Tantangannya adalah membaca wafa 1 halaman tanpa boleh ada kesalahan. Kalo salah proses belajar akan berlanjut terus, begitu perjanjiannya. Awalnya saya minta dia membaca 2 halaman tapi dia menawar cukup 1 haaman saja. Nah konsekuensinya 1 halaman dibaca 3 kali tanpa kesalahan.

Pembacaan pertama, masih ada salah tapi sedikit. Pembacaan kedua, pas bagian yang salah posisinya di tengah halaman. Dia mulai mencoba untuk merubah tantangan. Ok, saya memintanya mengulang dari awal kembali. Dia merengek,"Fikar ndak bisa, pasti ada salah", tangisnya kesal.
"bacanya pelan-pelan aja" celetuk papanya yang ssat itu sedang menggendong si bungsu.
Fikar pun kembali mencoba, masih dengan emosi di awal baris dan mereda selanjutnya. Dan Alhamdulillah kali ini dia bisa melewatinya meski ada sedikit koreksi.

Alhamdulillah, besok bisa pindah halaman.

Bunda sayang
Melatih kecerdasan
Ibu Profesional
IIP

Minggu, 11 November 2018

(Lagi-lagi) melatih kecerdasan emosi

Weekend sepertinya menjadi hari bermalas-malasan buat anak-anak karna mama ga akan menuntut untuk buru-buru beraktifitas layaknya weekday. Tapi kali ini Fikar mulai bertingkah. Dan lagi-lagi kasusnya ga mau sarapan. Hingga tiba pukul 9.30...

"Zulfikar ayo sarapan!" perintahku setelah sejak pukul 7 pagi merayunya untuk sarapan.
Dia tetap acuh tak acuh, terus bermain dengan adiknya.
Emosi emak mulai mencapai puncak
"Ya sudah, sekarang fikar keluar, main diluar ndak usah makan!" paksa emak sambil narik tangannya keluar.
Sambil menangis ia memohon,"mau makan, laper...." rengeknya.
"Udah nyari makannya diluar aja, dari tadi disuruh makan kan ga mau" jawabku
Mungkin karena berempati pada kakaknya si adek malah ikut nangis dan ikut menemani si kakak di luar rumah. Melihat kejadian itu, sulungku, Nanda, malah berkomentar,"mah takut saya" keluhnya.

Tak lama berselang, tampak fikar masih menangis. Mungkin dia benar-benar lapar. Akhirnya kutugasi Nanda untuk menyiapkan makan untuk kedua adiknya. Dan mereka makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan mereka kusuruh mandi. Dan tak perlu menunggu lama akhirnya mereka sudah bersih dan rapi. Fikar pun melanjutkanaktivitas weekend nya dengan menggambar.




Kamis, 08 November 2018

Ketika ia ga mau sekolah

"Besok fikar ndak mau sekolah" serunya semalam
"Kenapa? tanyaku penasaran
"pokoknya ndak mau" jawabnya dengan pasti
"Loh kan katanya besok mau ke lapangan main bola" lanjutku penasaran
Dan sepertinya dia lupa dengan pengumuman ia sampaikan dengan bersemangat 2 hari yang lalu.

Kesokan harinya,
"Ayo nak bangun, sudah jam segini kok belum bangun" ajakku membangunkan sulung laki-lakiku ini.
dengan malas dia menjawab," ndak mau sekolah" katanya
"Loh kan katanya mau main bola, Fikar senang main bola kan?! ujarku meyakinkan
"Pake baju apa sekarang? tanyanya lebih bersemangat
"Baju olahraga lah, kan hari rabu, lagian sekarang kan mau main bola" jawabku
"Ayo sudah bangun, terus mandi abis itu sarapan" perintahku lebih tegas lagi
Dia pun bergegas bangun dan langsung menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dia menolak untuk sarapan. Seperti biasa, sarapan adalah rutinitas pagi yang mungkin tidak menarik baginya. Namun penjelasan tentang kenapa ia memerlukan sarapan khuusnya hari ini agar dia memiliki energi untuk main bola menjadi hal penting untuk dijelaskan. Sayangnya lagi-lagi ia menolak. Akhirnya kutinggalkan saja ia ke kantor dengan harapan ia akan menyadari apa yang kusampaiakan tadi benar. Dan aku tau dia menangis saat kutinggalkan.

Setelah sempat meminta ijin sebentar di kantor akhirnya aku kembali ke rumah. Benar saja, naluri keibuanku tidak salah. Fikar sudah memakai baju bermainnya dan menanggalkan baju olahraga yang tadi sudah digunakan. Kali ini aku berbicara lebih tegas lagi dan memintanya untuk memakai seragamnya dan berangkat sekolah. Lagi-lagi fikar meminta jajan untuk sangu ke sekolah. Untungnya masih ada stok jajan yang bsa dibawanya sekolah.
Akhirnya dia berangkat sekolah.

Untuk menjadi perhatian kami, suasana hati di pagi hari memang benar-benar harus dipersiapkan demi kelancaran semuanya. Mungkin sounding pada malam sebelumnya bisa dicoba sebagai solusi pagi yang tenang dan menyenangkan


Bunda sayang
Melatih kecerdasan
Ibu Profesional
IIP








Kecerdasan Emosi

Bukan hal yang mudah bagi kami selaku orang tua "zaman old" untuk mengasah kecerdasan emosi anak apalagi dengan latar belakang kecerdasan emosi yang jauh dibawah standar. Menjadi hal yang selalu dan terus menerus kami coba untuk sadari bahwa dalam mendidik anak-anak dibutuhkan kesabaran yang terus menerus terasah. Dalam kasus keluarga kami, mendidik 4 anak yang umurnya hanya bertaut 2-3 tahun menjadi tantangan tersendiri.

Sebagai komitmen awal untuk level melatih kecerdasan, anak kedua kami yang baru saja berumur 6 tahun masih menjadi target dalam laporan kali ini. Dia tergolong anak yang unik, suka mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang sering kali kami larang. Sepertinya justru kecerdasan emosi kami yang sedang diuji dengan sulung laki-laki ini. Sekarang dia sedang kemaruk dengan bermain sepeda. hanya dalam 1-2 hari belajar dia sudah berani mengayuh sepeda kemana-mana meski masih sering jatuh dan belum bisa mengendalikan seedanya dengan baik. Namun dia tidak pernah menangis karena sepertinya dia sadar bahwa itu semua karena kemauannya sendiri. Berbeda ketika kami memaksakan sesuatu padanya, misalnya bangun pagi atau mandi, sedikit tinggi nada suara yang kami keluarkan maka dia akan menjawab dengan intonasi yang lebih tinggi lagi. Dan itu hampir terjadi setiap hari sekolah (weekday).

Megingat kebiasan yang seperti itu, kami mencoba membangunkannya dengan nada yang standar, mulai dari rendah merajuk hingga tegas dengan intonasi datar. dan Alhamdulillah berhasil meskipun tidak sesegera ketika temannya memanggil mengajak bermain. Sering kali dia akan bertingkah manja misalya minta diangkat atau ditarik agar bangun. Dan bagi kami ortu yang juga harus berlomba dengan waktu karena harus bekerja di ranah publik yg menuntut ontime, terkadang tingkah seperti itu bikin geregetan. Tapi lagi-lagi kami harus memikirkan bahwa mereka masih dalam masa keemasannya dan membutuhkan kami lebih.

Semoga upaya kami menjadi orang tua yang benar dan baik serta cerdas dalam mendidik akan bisa membawa mereka menjadi insan yang berkualitas dalam segala aspek.
AAMIIN...

Bunda Sayang
Melatih KeCERdasan
Ibu Profesional
IIP

Minggu, 04 November 2018

Tertarik dengan angka

Salah satu cara merangsang kecepatan berhitung anak-anak adalah dengan metode mencongak. Kali ini yang menjadi objek dalam game level 3 ini adalah sulung laki-lakiku. Zulfikar namaya. Umurnya 6 tahun 4 bulan november ini. Mungkin di TK nya sudah mulai diajarkan berhitung yang sebenrnya menurutku ga perlu terlalu dipaksakan. Namun sepertinya dia memiliki  ketertarikan sendiri dengan angka.

Malam ini dia mengajakku bermain tebak-tebakan dengan tema penjumlahan. Awalnya dia memberikan beberapa pertanyaan pada kami. Nah selanjutnya dia makin bersemangat ketika kami yang memberikan tebakan padanya.

Karena tingkatan usianya yang masih kecil kami memberikan angka-angka kecil saja misalnya 7+3, 1+8, 5+6 dan beberapa penjumlahan yang menurutku akan bisa dihitungnya cukup menggunakan kesepuluh jari tangannya. Tapi ternyata kami terlalu underestimate padanya. Dia sudah bisa menghitung penjumlahan yang nilainya jauh lebih besar. Bahkan dia ikut menghitung soal-soal yang kami berikan untuk kakaknya yang sudah di kelas 2 SD.

Fix, berartinya kami punya PR baru yaitu melejitkan kemampuannya dalam 'berhitung'.


Bunda Sayang
Melatih Kemandirian
Ibu Profesional
IIP

Kamis, 27 September 2018

Lain dulu lain sekarang

Jika setahun yang lalu tugas  komunikasi produktif saya fokuskan pada anak-anak, maka tahun ini saya mencoba menerapkan pada pasangan hidup saya.
Jika dulu bersama anak-anak banyak prinsip dasar dan metode yang dapat diujicobakan pada anak, maka ketika berhadapan dengan Paksu hal itu menjadi sedikit lebih terbatas.
Program yang coba kami terapkan selama menjalani komprod semoga akan terus bertahan hingga kami menemukan ada program yang lebih baik lagi dalam membersamai anak-anak.

Dan akhirnya semoga teori-teori tentang cara berkomunikasi yang produktif bisa nempel terus teraplikasi dengan baik sehingga tujuan yang disasar sejak awal bisa tercapai.
Aamiin....

Sabtu, 22 September 2018

Pergi ke pasar


Hari ini tiba-tiba Bapaknya anak-anak tak terlihat di sekitar rumah. Ternyata beliau pergi ke pasar. 

Paksu membeli berbagai jenis sayuran seperti daun ubi, kangkung, daun katuk, kedelai muda dan keripik singkong kesukaanku.
“Ga ada buat lauk pah?”, tanyaku melihat belanjaannya yang cukup banyak itu
“Mau apa? Ikan?!” balasnya
“Bisa ikan, atau apalah yang lain selain sayur”, sambutku
“Cuma ini” katanya sambil menunjukkan sebungkus ikan laut yang harganya 30 ribu perkilo dan beliau hanya membeli ½ kg.
“Tadi ada kenaus (sotong), harganya 70 ribu sekilo, tapi uang ndak cukup. kalo mau saya balik lagi kesana”, tawar beliau.
Dalam hati aku menolak karena kadar kolesterol kami lagi tinggi semua. Aku hanya berkomentar, “Wah ... mahal ya?!” hihihi... maksudnya ga usah gitu :D

Obrolan kami berlanjut membahas tentang kondisi pedagang di pasar yang menurut beliau cukup memperihatinkan. Beliau bercerita tentang pedagang sayur yang hanya mengambil untuk dua ribu rupiah dari modal sepuluh ribu. Aku ga mau kalah dong, kuceritakan bahkan ada yang lebih kecil dari itu ngambil untungnya, jadi hanya sekedarnya aja. 

Aku jadi  ingat, 2 pekan sebelumnya beliau juga kepasar membawa uang 180 ribu dan hasilnya hanya 1 kantong sedang, hari ini beliau membawa 80 ribu bisa dapat berkantong-kantong. Maklum karena waktu yang lalu Paksu belinya daging sapi, iga sapi dan ikan laut. Jatah untuk sayur malah habis duluan. Sekarang jadi ganti strategi, beli sayur dulu yang banyak baru sisanya buat beli lauk sekedarnya, hahaha.

Terima kasih Papah sudah berbagi peran dalam biduk rumah tangga kita 

We love You, Always

Siapa memerintah (apa) siapa? (2)


Masih tentang siapa memerintah siapa...
Aku mencoba mencari tahu siapa sebenarnya yang menyuruh Indra meratakan tanah di halaman samping rumah kami. Dan ternyata bibi yang kupikir menyampaikan pesan Paksu justru tidak tau menau, dipikirnyabeliau yang menghubungi Indra dan memerintahkannya melakukan semua itu. 

Lalu kusampaikan pada Paksu tentang ketidaktahuan bibi akan hal itu. Dan beliau tidak banyak berkomentar. Sementara aku menjadi makin curiga yang melakukan itu adalah paman oyok seperti keterangan si sulung kemarin. Karena selain bibi dan paman Oyok tidak ada lagi yang tahu kalau ada dua tumpukan tanah di rumah. Tapi menurut keterangan Paksu yang pagi tadi juga menanyakan hal yang sama pada paman Oyok mengaku tidak pernah menyuruh Indra mengerjakan hal tersebut. 



Dan mungkin karena kondisi hari ini berbeda dengan kemarin, Paksu tidak terlalu antusias lagi membahas hal tersebut. Yang ada dalam pikirannya adalah memindahkan tanah itu ke tempat yang seharusnya. Kali ini sepertinya beliau mencoba mencari orang lain karena mungkin masih kesal dengan Indra.

Jumat, 21 September 2018

Siapa memerintah (apa) siapa?

Sore ini tiba-tiba paksu marah-marah. Baru saja masuk rumah langsung mencak-mencak...

“Siapa yang punya kerjaan ratain tanah itu?!” tanya beliau dengan nada yang tinggi
Ya ku jawab,”Pakoq”.
“Siapa yang suruh ngeratain kayak gitu?” tanyanya lagi sambil mondar mandir sana sini
“Loh bukan papah yang nyuruh?! Bukannya kemarin papah bilang nyuruh bibi bilangin Indra buat beresin tanah klo dah dateng,” Jawabku dengan nada yang lebih rendah tentunya, menghindari perang.
“Bodoh sekali saya nyuruh untuk meratakan tanah seperti itu” balas beliau.
“Tadi kenapa ga bilang kalo ada dia disini pas telpon” lanjutnya masih dengan emosi tingkat dewa.
“Kirain papah yang nyuruh dia kesini buat kerja, karna papah dah bilang gitu ke bibi” jawabku menaikkan sedikit intonasiku karena tidak terima seolah-olah disalahkan.
Eh sulungku nyeletuk dong, “saya tau siapa yang nyuruh”katanya tiba-tiba
Dan kami berdua serempak menanggapi, “Siapa?”
“Paman Oyok” jawabnya.
“Tadi paman oyok nyuruh begini...” katanya sambil memperagakan gaya paman oyok ketika memerintah Indra. Maklum Indra itu bisu dan tuli jadi untuk berkomunikasi harus dengan isyarat.
Entah benar atau tidak keterangan dari si sulung karena kami tidak melihatnya secara langsung dan sulungku ini sering berlebihan dalam menceritakan sesuatu. 

Akhirnya beliau mengambil piring lalu makan. Aku membatin,”mungkin beliau lapar”.

Untuk sementara case closed karena tidak ada yang tau siapa yang memerintah (apa) siapa.